Berkelana ke Negeri China

Si Mata Sipit

Membelalakkan

Mata Dunia

Menjelajahi tembok raksasa atau great wall

Menjelajahi tembok raksasa atau great wall

Laporan:

Yousri Nur Raja Agam

LUAR BIASA China. Kini China memang luar biasa! Tidak seperti cerita masa lalu dalam dunia persilatan dan khungfu. Kini China yang dikenal juga sebagai negara Tiongkok itu memang sedang bangkit. Negara dengan penduduk terbesar di dunia ini benar-benar sedang membuat kejutan. Manusia mata sipit yang menghuni hampir separuh daratan Asia itu sedang membelalakkan mata manusia di se antero jagat raya ini.

Dunia pun kini tercengang. Tidak menyangka kalau negara Komunis yang dulu dikenal miskin itu sedang mencanangkan diri, bahwa Tahun 2010, tidak ada lagi warganya yang miskin. Seluruh penduduk Cina yang berjumlah 1,6 miliar jiwa lebih itu “harus” hidup layak. Tidak ada lagi yang tidak punya rumah, menjadi penganggur dan apalagi tidak bisa makan. Semua kebutuhan pokok masyarakat Tionghoa dipenuhi.

Sejak kepala pemerintahan China berada dalam genggaman tangan Deng Xiaoping tahun 1990-an, negara berlambang naga itu sedang menggelinjang, sehingga benar-benar menggoyang dunia.

China tidak lagi menjadi wilayah tertutup yang ditakuti orang asing. Deng Xiaoping membuka gerbang negerinya lebar-lebar. Membuka investasi dan mengundang para investor untuk “menjajah” negaranya dengan dolar, yen dan euro. Membangun industri dan pabrik-pabrik besar tanpa batas.

Kini, RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tidak mungkin lagi disebut sebagai negara komunis terbesar di dunia setelah ambruknya negara Uni Sovyet. Tiongkok atau negeri China boleh disebut sebagai negara “Sosialis Kapitalis Modern”.

Hanya dalam waktu 17 tahun, negeri ini sudah berubah total. Menjadi kawasan dunia sangat modern yang mampu meninggalkan kemodernan dunia barat, Eropa dan Amerika.

“Maaf saya tidak berbohong. Ini sungguh kenyataan. Bukan karena saya baru saja berlanglang buana dan berpetualang di beberapa kota, desa, gunung, lembah, sungai dan pantai di negara tirai bambu itu. Tidak hanya kota yang dibangun. Desa yang dulu kumuh dan menjijikkan, kini menjadi cantik dan indah.”

Saya bersama dua sahabat, H.Hadiaman Santoso mantan wartawan Harian Surya dan Ferry Is Mirza mantan wartawan Jawa Pos bertandang ke China, belum lama ini Dari Surabaya, via Jakarta dan Singapura, kami langsung terbang ke ibukota China, Beijing yang dulu disebut Peking.

Hujan salju menyambut kedatangan kami. Udara di bandara Beijing menunjukkan angka minus 7 derjat Celcius. Gedung, jalan dan pohon-pohon yang rontok tertutup salju. Hanya pohon cemara yang masih berdaun, tetapi di atasnya diselimuti oleh salju.

Tommy Wong, menyambut kedatangan kami. Pemandu wisata yang fasih berbahasa Indonesia ini langsung membawa kami bertamasya ke Forbidden City (kota terlarang). Kami turun di depan lapangan Tiananmen yang berhadapan dengan gedung pusat pemerintahan China. Saat itu pengamanan di jalan-jalan raya cukup ketat. Banyak polisi yang mengenakan pakaian tebal dan jas hujan berjaga-jaga di pinggir jalan. Termasuk jalan yang kami lewati menuju kota terlarang.

Kota terlarang adalah obyek wisata paling ramai dikunjungi wisatawan mancanegara di kota Beijing. Kawasan kota terlarang yang luasnya mencapai 25 kilometer per-segi adalah peninggalan raja-raja China sejak dinasti Yuan, Ming, Qing dan seterusnya. Di dalamnya, terdapat berbagai peninggalan masa lalu. Di samping gedung istana, perumahan – termasuk rumah 200 selir raja – taman dan kolam renang, kantor, perpustakaan, ruang sidang dan taman, terdapat berbagai fasilitas pemerintahan lainnya.

Saat berada di Beijing

Saat berada Kota Terlarang, Beijing

Salju masih menutupi atap-atap bangunan dan jalan di dalam kota terlarang itu. Untunglah kami sudah mengenakan sarung tangan dan tutup kepala sebagai pengusir dingin saat itu.

Hampir semua pelosok jalan di kota Beijing kami telusuri. Naluri wartawan memang serba aneh, sehingga yang kami caripun yang tidak umum didatangi orang. Kamipun mengikuti paket yang biasanya disuguhi kepada wisatawan seperti ke rumah promosi teh oleh Dr.Tea dan pengobatan tradisional China, berupa akupuntur dan pijat refleksi. Juga mengunjungi pusat produksi dan penjualan batu giok, mengunjungi taman-taman tua peninggalan kerajaan China masa lalu, tembok China yang disebut Greet Wall dan sebagainya.

Yang tidak kami lewatkan selama berada di Kota Beijing adalah mengunjungi berbagai proyek raksasa menghadapi Olypiade 2008. Stadion-stadion raksasa, baik lapangan terbuka maupun tertutup untuk berbagai cabang olah raga sedang dipersiapkan di Beijing. Suasana menyambut Olympiade Beijing 2008 terasa di mana-mana. Sejak menginjakkan kaki di bandara, sampai ke tengah kota, demam Olympiade sudah tercipta.

Sebenarnya, banyak sekali yang dapat diceritakan tentang China. Namun, tentu tidak bisa hanya dengan satu dua halaman koran. Tiga empat buku pun rasanya mampu menyulap berbagai yang dialami itu. Kendati demikian, sedikit cuplikan dapat memberi gambaran kepada kita tentang China masa kini dan yang akan datang.

JALAN TOL

Ternyata, salah satu kunci keberhasilan pembangunan di China sekarang ini adalah membangun infrastruktur secara besar-besaran. Jalan raya penghubung antardaerah dijadikan prioritas utama. Jalan-jalan raya antarkecamatan dan antarkabupaten, serta antarprovinsi dibangun lebih dahulu. Tidak ada lagi daerah terpencil, apalagi terisolasi dan tertinggal, terutama di belahan timur.. Itulah perwujudan modernisasi yang dilakukan Deng Xiaoping yang diteruskan pemerintahan sekarang.

Yantai, sebuah kota kecil, kota kecamatan yang saya kunjungi bersama Hadiaman Santoso dan Ferry Is Mirza adalah salah satu contoh. Dulu sebelum tahun 1990, Yantai adalah “desa” yang terletak di pinggir pantai Teluk Korea. Di sini hidup kaum nelayan tradisional yang miskin. Mereka melaut tiap hari untuk mencari ganjal perut dan menghidupi keluarga.

Kami bertiga dijamu CEO Jawa Pos H.Dahlan Iskan di Kota Yantai, Tiongkok bagian Utara yang berbatasan dengan Laut Korea

Kami bertiga dijamu CEO Jawa Pos H.Dahlan Iskan di Kota Yantai, Tiongkok bagian Utara yang berbatasan dengan Laut Korea

Tidak jarang, nelayan di desa-desa sekitar Yantai ini hanyut dan terseret angin ke negara tetangganya, Korea Utara atau Korea Selatan, bahkan ke negara Sakura, Jepang.. Tidak sedikit pula di anara mereka menjadi bulan-bulanan Angkatan Laut dua negara Ginseng yang berseteru sepanjang masa itu.

Sekarang semua itu sudah menjadi cerita usang. Kini tidak ada lagi nelayan tradisional di Yantai. Mereka kini sudah kaya. Punya kapal dan alat penangkap ikan modern. Mereka tidak lagi menjual ikan dengan menjajakannya di pasar-pasar becek. Ikan-ikan hasil tangkapan mereka kini langsung dikirim ke restoran-restoran, supermarket dan ke pabrik-pabrik pengalengan ikan.

Kami memang sengaja datang ke kota Yantai. Saat kami berada di Beijing, kami diminta oleh tokoh pers kita, H.Dahlan Iskan, untuk berkunjung ke sana. Kebetulan Dahlan Iskan sedang berada di kota industri itu. Kami tidak langsung bertemu Dahlan Iskan ketika menginjakkan kaki di bandara Yantai. Kami disambut Mr.Robert, staf Dahlan Iskan di sana. Menurut Robert, pagi itu Dahlan sedang mengadakan pertemuan dengan direktur PLN (Perusahaan Listrik Negara) di sana.

Setelah kami berada di lantai 15 hotel Youyi, tempat kami bertiga menginap, kami bertemu dengan Dahlan Iskan. Ternyata benar, Dahlan usai mengadakan pertemuan dengan pengelola pusat listrik di provinsi Shangdong yang beribukota Qingdao itu. Kabarnya, Dahlan sedang membina hubungan bisnis untuk pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik tenaga Uap) di sana. Sekaligus membangun PLTU di Kalimatan Timur (Kaltim) Indonesia.

Tidak hanya itu, dari beberapa sumber yang mengetahui tentang sepakterjang Dahlan di negara China itu, juga mengatakan bahwa Dahlan mempuyai berbagai bisnis, selain PLTU. Dia juga punya usaha pengalengan buah-buahan. Wilayah Yantai dan sekitarnya memang dikenal sebagai penghasil buah apel dan pir terbaik di China. Namun nanas tidak bisa tumbuh di sana. Nah, Dahlan sekarang punya perkebunan nanas di Kalimantan Barat. Nanas itu dikirim ke pabriknya di yantai untuk dikemas dan kemudian dipasarkan di China, serta untuk di ekspor.

Memang, penduduk Yantai dulu di samping nelayan adalah petani apel dan pir. Sekarang mereka kebanyakan sudah beralih profesi menjadi tenaga kerja perusahaan asing sebagai buruh pabrik.

Yantai yang pada tahun 1980-an tidak tercantum dalam peta, sekarang sudah berubah total. Desa ini sudah menjadi kota besar. Mempunyai walikota sendiri. Menjadi kota industri. Jalan-jalan dalam kota ini lebar-lebar. Rata-rata dari dua jalur jalan berpapasan, masing-masing jalur mempunyai tiga sampai lima lajur.

Kendati Yantai dulu hanya desa yang menjadi ibukota kecamatan, tetapi di sini ada bandara (bandar udara), pangkalan kapal terbang Angkatan Udara China. Berbagai jenis pesawat terbang pemburu dan penangkis serangan udara berjejer menghadap pantai di kota yang berbukit itu. Di bandara Yantai ini pula, salah satu pusat pengendalian pertahanan udara dan laut Pemerintah China.

Jalan raya penghubung dengan desa, kecamatan, kota dan kabupaten tetangga semua jalan tol yang lebar, lurus dan mulus.

Bayangkan, dengan kecepatan stabil antara 80 kilometer per-jam hingga 120 kilometer per-jam, bus umum yang saya naiki dari Yantai ke Qingdao, hanya ditempuh dalam waktu kurang dari empat jam.

Kota Qingdao yang juga terletak menghadap Laut Korea, sekarang sedang dipersiapkan menjadi arena pertandingan cabang olahraga (cabor) air Olypiade 2008. Di kota Qingdao ini sekarang sedang dibangun stadion olahraga untuk lomba dayung, selancar angin, ski, renang, loncat indah, polo air dan menyelam. ***

Yantai yang merupakan kota kabupaten baru di Provinsi Shangdong. Jaraknya dari ibukota provinsi yang bernama Qingdao sekitar 550 kilometer. Wilayah penghasil buah apel dan pir di China bagian timur laut ini, kini benar-benar bersolek. Kota ini dipersiapkan untuk 50 sampai 100 tahun ke depan. Di sini, tidak ada lagi rumah dan bangunan satu atau dua lantai. Semua serba bertingkat dan mencakar langit. Penduduk yang berjumlah sekitar 600 ribu jiwa menempati flat-flat dengan ketinggian rata-rata 20 lantai. Rumah susun itu disediakan oleh pemerintah kota dengan fasilitas tiap keluarga punya tiga kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, satu kamar mandi dengan wc.

Tarian indah yang dibawakan para gadis-gadis China untuk para wisatawan

Tarian indah yang dibawakan para gadis-gadis China untuk para wisatawan