Dunia
Kini Berinvestasi
Ke Negeri China
KEMAJUAN yang dicapai pemerintahan China setelah berakhirnya rezim Mao Tse Tung (Mao Zedong) dan beralih ke era Deng Xiaoping, kini benar-benar membelalakkan mata dunia. China tidak lagi menjadi negeri “di balik tirai” yang dikelilingi tembok tinggi yang angkuh. Kini, China yang komunis itu sudah membuka gerbangnya lebar-lebar dan menjadi negara sosialis kapitalis.
Memang, julukan itulah yang tepat disandang negara Tiongkok itu sekarang. China tidak lagi menjadi kawasan tertutup bagi investasi dari luar. Justru kini, dunia sedang berlomba-lomba menancapkan paku bumi investasinya di negeri China itu. Tidak sedikit tenglang yang pulang ke negeri leluhurnya. Mereka membawa kekayaan yang diperoleh di perantauan setelah menjadi konglomerat.
Tidak hanya itu, hampir seluruh negara maju di dunia ini kini pun membangun pabrik, industri, pusat-pusat perdagangan, gedung-gedung pencakar langit dan berbagai properti lainnya di sana. Inilah perubahan zaman yang dilakukan China semenjak pemerintahan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dikuasai Deng Xiaoping awal tahun 1980-an.
Ketika saya bersama rekan H.Hadiman Santoso mantan wartawan Harian Surya dan Fery Is Mirza mantan wartawan Harian Jawa Pos, berkunjung ke beberapa kota di China, di akhir musim dingin, Maret 2007 lalu, banyak cerita dan kenyataan yang kami saksikan. Begitu banyak pengalaman sebagai bekal yang saya peroleh untuk penulisan. Rasanya, tidak akan habis untuk dituangkan secara bersambung sampai kapan pun..
Salah satu yang menonjol sekarang ini, adalah kegiatan pembangunan industri di wilayah China daratan itu. Sekarang, hampir seluruh negara “kaya” di dunia sudah menapakkan kakinya di China. Industri apa saja ada di sini. Tidak hanya mobil-mobil Jepang yang menggerayangi jalan-jalan tol di dalam dan luar kota di China. Hampir seluruh merek mobil buatan Amerika dan Eropa, juga Korea ada di China. Pabriknya dibangun di China.
Motor China
Kendati sepedamotor “diharamkan” di kota Beijing dan beberapa kota besar lainnya di China, karena asap knalpotnya dianggap pencemar lingkungan dan penyebab kecelakaan lalulintas terbesar, tetapi China memproduksi sepedamotor secara besar-besaran untuk ekspor. Salah satu negara pengimpor mochin (motor China) terbesar adalah Indonesia.
Hampir seluruh kegiatan industri berkembang dengan pesat di kawasan-kawasan industri yang berbasis di kota-kota kabupaten. Otonomi daerah benar-benar terlihat dari pertumbuhan pembangunan. Satu wilayah berlomba dengan wilayah lain untuk menarik investasi dari luar negeri secara langsung. Pemerintah daerah setempat membuat Perda (Peraturan Daerah) yang memberi kemudahan dan keringan – termasuk pajak. Sehingga, tidaklah mengherankan kalau investor asing berebut menukarkan uang dolar, euro, pound sterling,, franc, gulden, mark, yen, riyal, peso, bath, ringgit dan juga rupiah ke mata uang yuan. Di sana para industriawan mengolah segalanya menjadi produk untuk kebutuhan 1,6 miliar penduduk China dan sebagian besar lagi diekspor ke berbagai negara.
Indonesia, adalah salah satu negara pengimpor terbesar barang buatan China. Hampir seluruh barang elektronik, mainan anak-anak, obat-obatan, makanan dan minuman, serta kebutuhan rumahtangga dibuat di sini. Dan yang menarik, harga jual barang-barang China sangat murah. Akibatnya, barang buatan dalam negeri di berbagai negara “hancur” akibat murahnya barang-barang buatan China.
Nah, mengapa barang-barang China bisa dijual dengan murah? Ternyata rahasianya terletak pada kemudahan berinvestasi. Para investor yang menanamkan modalnya di China tidak pernah merasa dipersulit oleh birokrasi dan perizinan.
Salah satu yang juga menguntungkan di Tiongkok dan berbeda dengan di negara kita adalah kepemilikan tanah. Di sana, tanah merupakan milik negara dan dikuasai sepenuhnya leh negara. Sehingga untuk kepentingan pembangunan, hampir tidak ada permasalahan hambatan akibat ganti rugi. Walaupun demikian, hak-hak raklyat yang tergusur sangat diperhatikan, sehingga di sana tidak ada istilah ganti rugi, tetapi sebaliknya, ganti untung.
Bukan tidak ada kasus dalam pembebasan tanah. Tahun 2006 lalu, berdasarkan data, sebanyak 3.593 orang dihukum akibat terlibat dalam 130 ribu kasus pembebasan tanah secara ilegal. Kasus pembebasan tanah secara ilegal terjadi akibat kebutuhan tanah untuk lahan industri. Tidak sedikit pejabat, dengan dalih pembangunan kawasan industri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melakukan perampasan tanah yang dikuasai rakyat secara ilegal.
Berbagai anekdot muncul di sana berkaitan dengan kemudahan berinvestasi. Sebagai contoh, kata Dahlan Iskan – komisaris Jawa Pos Group yang juga berinvestasi di China – untuk menarik investor, ada kepala daerah yang mengeluarkan keputusan yang dianggap nyeleneh. Misalnya, bahwa untuk para investor bangsa asing, apabila mengendarai mobil dalam mabuk, kemudian menabrak, dia dibebaskan dari hukum.
Anekdot dan juge seperti itu muncul, sebagai gambaran perlombaaan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya menarik investor asing menanamkan modalnya di sana.
Transportasi

Naik bus umum antarkota bagaikan naik bus pariwisata dengan terminal yang ditata rapi seperti bandara di Indonesia
Hubungan antarkota, juga ditingkatkan dengan pembangunan bandara (bandar udara) baik tingkat regional, maupun berstandar internasional. Untuk daerah timur, di samping bandara juga pembenahan pelabuhan laut. Bahkan, hampir tiap provinsi di China mempunyai maskapai penerbangan.
Bandara Beijing, ibukota RRT, merupakan bandara tersibuk di China. Hampir tiap lima menit melalui dua landasan pacu, silih berganti pesawat terbang yang tinggal landas dan mendarat. Di samping penerbagangan lokal, juga penerbangan internasional.
Saat menunggu keberangkatan ke kota Yantai, saya duduk di anjungan bandara Beijing. Dari badan pesawat yang meluncur di pelatara parkir bandara, hampir seluruh nama penerbangan dari berbagai negara saya lihat. Saya catat satu persatu. Di samping Garuda Indonesia, ada TWA (Trans World Air Lines) dan Pan Am dari Amerika, Brithis Airways (Inggris), Royal Brunai (Brunai Darussalam), Alitalia (Itali), SAS (Scandinavia Airline System), Aeroflot (Rusia), Qantas (Australia), KAL (Korean Air Lines), JAL (Japan Air Lines), Philipine Airlines (Filipina), Thai (Thailand), SIA (Singapura), MAS (Malaysia), Israel-AL (Israel), Airpac (Fiji), PIA (Pakistan), UTA (Francis), Arabic (Arab), Eqips (Mesir) dan tentu ada yang lain.
Penerbangan lokal antarprovinsi, di antaranya terlihat maskapai penerbangan China Eastern, China Western, China Northern, Shanghai Air, Shandong Air, Hainan dan yang terbesar adalah Air China.
Reformasi Birokrasi
Di samping penyedian fasilitas dan kemudahan, pemerintah China juga sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi di birokrasi. Kebetulan saat kami berada di China, sedang berlangsung kongres tahunan parlemen Tiongkok di Tiananmen, Beijing. Salah satu keputusan kongres yang disampaikan oleh PM (Perdana Menteri) Tiongkok, Wen Jiabao, adalah tekad untuk memberantas korupsi.
Pada siaran televisi, yang disebarluaskan ke seluruh negara, Wen Jiabao, mengakui, penyakit korupsi masih mengakar di tubuh birokrasi. Ini, katanya, karena sistem top down (dari atas ke bawah) yang digunakan dalam politik Tiongkok selama ini.
PM Tiongkok ini tidak segan-segan mengakui, bahwa korupsi menjadi penyakit yang serius di negaranya. Tidak jarang, korupsi itu juga melibatkan pejabat tinggi di negaranya. Terjadinya korupsi, akibat terpusatnya kekuasaan pada salah satu pihak tanpa pengawasan.
Untuk itulah, ujar Wen, pada penutupan kongres tahunan itu, ia menegaskan ditingkatkannya reformasi di bidang birokrasi. Ia juga akan memangkas hal-hal yang berhubungan dengan pemeriksaan dan persetujuan yang berbelit-belit.
Menurut PM yang berkuasa sejak tahun 2003 itu, kalangan pemerintahan yang berwenang memeriksa dan memberi persetujuan, rentan dengan korupsi dan berkolusi dengan pengusaha.
Secara jujur pula, Wen mengakui, sepanjang tahun 2006 lalu, tidak kurang dari 100 ribu kader PKC (Partai Komunis China) yang berkuasa dihukum akibat korupsi. Salah satu kasus terbesar adalah yang melibatkan ketua PKC Shanghai, Cheng Liangyu bersama 20 pejabat dan pengusaha dengan kerugian negara 32,2 juta yuan lebih atau sekitar Rp 36,4 miliar.
Tetapi, secara berangsur-angsur otonomi diserahkan ke daerah bawah. Dengan demikian, pemerintahan daerah dapat menarik investasi lebih banyak lagi demikia kemajuan rakyat Tiongkok, katanya.
Dan ada yang perlu dicatat dari hasil kongres tahunan parlemen Tiongkok itu, yakni untuk pertamakali adanya “pengakuan hak atas properti pribadi”. Dengan keputusan itu, tidak mudah lagi bagi pejabat melakukan pengambilalihan tanah warga secara paksa.
Mudah-mudahan tulisan yang saya laporkan ini ada yang dapat diambil hikmahnya.
——–
40 % Warga China
Belum Bisa Berbahasa
Mandarin
Ternyata dari 1,6 miliar jiwa penduduk yang menghuni daratan Tiongkok atau China, baru sekitar 60 persen yang bisa berbahasa Mandarin. Kendati bahasa Mandirin sudah dicanangkan menjadi bahasa nasional China, dari data yang diperoleh sebanyak 640 juta jiwa warga RRC (Republik Rakyat China)belum bisa berbahasa Mandarin. Mereka masih menggunakan bahasa lokal atau bahasa daerah. Akbatnya, apabila warga China dari provinsi yang satu ke provinsi yang lain banyak yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
INDONESIA memang jauh lebih baik dianding negara RRC, dalam berkomunikasi antar sesama warganegaranya. Betapa tidak, sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, di Indonesia sudah ada kesepakatan mempunyai bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia.
China, yang selama ini kita kenal mempunyai bahasa China, ternyata bukan bahasa persatuan. China yang ada di Indonesia ini masih menggunakan bahasa daerah asalnya. Ada yang berasal Kanton menggunakan bahasa Kanton, ada yang menggnakan bahasa Fujian, bahasa Hakka, bahasa Zhung, bahasa Wu dan bahasa-bahasa daerah asal lainnya.
Sedangkan bahasa Mandarin yang selama ini kita anggap sebagai bahasa nasional RRC, ternyata belum sepenuhnya dimengerti oleh penduduk daratan China. Justru, bahasa mandarin lebih memasyarakat di Taiwan, kepulauan Formosa.
Waktu pemerintahan Mao Tse Tung atau Mao Zedong, sudah ada upaya menjadikan bahasa Mandarin sebagai bahasa kesatuan. Tetapi, beberapa daerah di China masih betahan dengan bahasa daerahnya.
Sewaktu berada di China, awal Maret 2007 lalu, saya melakukan pelacakan tentang penggunaan bahasa Mandarin di China. Ternyata, menurut pemandu yang mendampingi saya di beberapa provinsi yang saya kunjungi, belum semua provinsi menggunakan bahasa Mandarin.
Memang bahasa Mandarin termasuk bahasa yang paling banyak digunakan warga China. Berdasar data yang diperoleh di perpustakaan, diperkirakan sudah ada 960 juta dari 1,6 miliar warga RRC yang bisa berbahasa Mandarin. Sisanya masih menggunakan bahasa lokal atau daerah.
Ada 10 bahasa daerah di China, yakni bahasa Kanton yang dipergunakan sebaga bahasa sehari-haril oleh tidak kurang 200 juta orang, bahasa Hakka (100 juta), bahasa Wu (60 juta), bahasa Min (50 juta), bahasa Zhung (20 juta), bahasa Uighur (19 juta), bahasa Yi (16 juta) bahasa Tong (2 juta) dan bahasa Buyi (2 juta). Selain itu, masih ada yang menggunakan bahasa Inggris China di Hongkong.
Tembok China
Ada yang menarik dalam perjalanan saya di China. Di negeri Tirai Bambu itu, sejarah tercatat dengan rapi. Kehidupan 3000 tahun sebelum masehi (SM) sudah dicatat. Dinyatakan waktu itu sudah ada desa dan perkampungan di lembah Sungai Kuning, China.
Secara jelas pula diungkap bahwa Tahun 1523-1027 SM, dinasti Shang sebagai dinasti pertama di China mengatur pemerintahan dan rakyat. Peradaban waktu itu, sudah ada kelas-kelas petani, kelas tukang, kelas pendeta, kelas bangsawan dan raja yang merangkap sebagai pendeta.
Tahun 1027-256 SM, kekuasaan berpindah kepada dinasti Chou. Pada zaman ini hidup ahli filsafat Konfusius, Lao Tse dan Men Tse. Ajarannya berkembang di China tahun 551-479 SM. Sewaktu dinasti Chin memerintah dan mempersatukan China tahun 221-207 SM, kaisar Chin memulai pembangunan tembok besar (great wall) di pegunungan China.
Ketika dinasti Han memerintah tahun 202 SM – 220 M, agama Budha mulai dikenal. Suasana dalam masa damai yang panjang. Kegiatan politik secara bertahap melakukan perluasan pengaruh dan wilayah. Saat ini pula budaya dan kesenian mulai berkembang. Tetapi, tahun 317-589, China terpecah menjadi dua bagian: Utara dan Selatan yang masing-masing dipimpin oleh dinasti.
Tahun 585-608, pembangunan tembok China dilanjutkan untuk menghadang serangan Turki dan Mongol dari Asia Tengah. Tahun 618-906, dinasti Tang melakukan perang besar-besar ke negara tetangga. Pasukan China menguasai Korea, menyerang ke Mongolia, Nepal, Tibet dan Turkistan. Ini merupakan zaman keemasan China pada zaman itu.
Keadaan berubah, tahun 960-1279, China berada di bawah kekuasaan dinasti Sung. Saat ini merupakan masa jaya pendidikan dan kesenian. Apalagi ketika tahun 1271, Marcopolo dari Venesia dengan kapal laut berkunjung ke China, hubungan luar negri mulai berkembang.
Sampai di Indonesia
Kegiatan pelayaran dan hubungan luar negeri benar-benar pesat. Bahkan tahun 1279-1368, saat kekuasaan di China beralih ke dinasti Yuan (bangsa Mongol) kegiatan armada laut makin kuat. Saat inilah kekuasaan tertinggi berada di bawah Khublai Khan, cucu dari Jenghis Khan. Sampai-sampai mereka mengadakan hubngan dengan kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Dalam catatan sejaran bangsa Indonesia, di zaman inilah berdiri kerajaan Majapahit, setelah pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir armada tentara Tar-tar yang dikirim Khublai Khan
Tahun 1368-1644, dinasti Ming berhasil mengambilalih kekuasaan dan mengusui bangsa Mongol dari China. Saat itu, dinasti Yi (1342-1410) di Korea menyatakan tetap setia kepada China.
Petualangan bangsa Eropa semakin banyak mancari tempat-tempat baru. Begitu pula dengan ke China. Tahun 1557, bangsa Portogis menduduki Makao dan berdagang dengan China.
Tahun 1644-1712, dinasti Ching dari bangsa Manchu dari Siberia mengambilalih kekuasaan di China. Tahun 1735-1796, kaisar Chien Lung (dinasti Ching) memerintah dengan wilayah China yang semakin luas. Tahun 1751 China menyerbu Tibet.
Sejarah China mencatat, tahun 1848-1865, terjadi pemberontakan Taiping yang mengancam posisi pemerintahan China. Dinasti Ching semakin tertekan dan lemah. Kemudia tahun 1894-1895, terjadi peperangan dengan Jepang. Tentara Jepang berhasil merebut Pascadora dan Pulau Formosa (Taiwan) dari China.
Ada hal yang menarik. Tahun 1898-1900, terjadi pemberontakan oleh bangsa Boer di China. Perkumpulan rahasia jago Kungfu China berusaha mengusir orang asing dari daratan China. Namun mereka kalah oleh keuatan gabungan Inggris, Rusia, Jerman dan Amerika Serikat. Kemudian tahun 1899, China dipaksa menggunakan “politik pintu terbuka”, dengan demikian semua bangsa mempunyai hak berdagang di China.
Revolusi China
Perkembangan China terus berlalu. Tahun 1911, terjadi revolusi di China di bawah piminan Sun Yat Sen. Akhirnya kaisar Manchu turun takhta.
Tahun 1912, berdiri Republik China dengan presiden pertama Sun Yat Sen.
Tahun 1917, terjadi perang saudara di China. Koumintang sebagai partai nasionalis pimpinan Sun Yat Sen membentuk pusat pemerintahan di Kanton dan berperang menghadapi pemberontak yang barada di wilayah utara. Tahun 1921, berdiri Partai Komunis China (PKC) yang secara resmi menyatakan bersekutu dengan Koumintang.
Chiang Kai Sek, tahun 1926 memimpin tentara Koumintang dan menaklukkan daerah utara. Namun setelah kemenangan itu, Koumintang pecah dengan PKC. Sehingga pada tahun 1927, Chiang Kai Sek mengusir Komunis dari Shanghai dan membunuh banyak pemimpin PKC. Sejak saat itu terjadi perang saudara antara pengikut Koumintang lawan PKC.
Setahun kemudian, tahun 1928, Chiang Kai Sek membentuk pemerintahan nasionalis di Nanking dan mendapat pengakuan internasional.
Sedangkan tahun 1931, Mao Tse Tung terpilih sebagai Ketua RRC (Republik Rakyat China).
Tahun 1934, Chiang Kai Sek mengusir pendukung komunis yang berada di wilayah selatan ke wilayah utara, sehingga mereka melakukan Long March dan akhirnya menetap di Yanan
Perang saudara yang didasari ideologi berbeda itu, akhirnya tahun 1950, Mao Tse Tung mengalahkan Chiang Kai Sek. Rezim komunis menguasai seluruh daratan China dan Chiang Kai Sek mendirikan pemerintahan nasionalis di Taiwan.
Sejahar China berubah lagi. Tahun 1963, China menyatakan permusuhan dengan Uni Sovyet. Tahun 1964, China meledakkan bom nuklir ciptaannya untuk pertama kali. Berikutnya tahun 1967, China melakukan percobaan bom Hydrogen untuk pertama kali.
Tahun 1976, Mao Tse Tung (Mao Zedong) wafat. Kemudian pemerintahan China beralih kepada Deng Xiaoping. Di masa pemerintahan Deng Xiaoping inilah, tahun 1984, China menerima pengembalian Hongkong dari Inggris. ***.
Filed under: GALERY, KOTA, PARIWISATA, SEJARAH, UMUM | Tagged: 40% Orang China tidak bisa berbahasa Mandarin, bahasa Chinan, Beijing, Buyi, Chiang Kai Sek, Chin, China, Chou, Dahlan Iskan, Deng Xiaoping, Ferry Is Mirza, Hadiaman Santoso, Hakka, industri, investasi, Lao Tse, Mao Tse Tung, Mao Zedong, Min, properti, Sun Yat Sen, Tiannanmen, Tong, transportasi, Uighur, Wen Jiabao, Wu, Yi, Yousri Nur Raja Agam, Zhung | Leave a comment »