XIAMEN DI CHINA SISTER CITY KOTA SURABAYA

Yousri Nur Raja Agam  MHKOTA XIAMEN DI CHINA

SISTER CITY SURABAYA

 

Oleh: Yousri Nur Raja Agam  MH

 

WALIKOTA Surabaya Bambang DH dan Walikota Xiamen (China) Chen Xiumao, menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama sister city (kota kembar)  berlangsung di Surabaya, Jumat, 23 Juni 2008. Penandatanganan kerja sama ini, merupakan tindak lanjut dari upaya penjajakan yang telah dilakukan kedua kota. Letter of Intents` (LoI)  itu terlaksana pada 8 September 2003 di Xiamen

Kerja sama sister city ini menyangkut berbagai bidang, diantaranya perdagangan, pariwisata, pendidikan, dan ilmu pengetahuan serta teknologi (Iptek).

Mendarat di Bandara Xiamen

Delegasi Xiamen yang dipimpin Walikota Chen Xiumao yang juga Wakil Sekretaris Partai CPC dan Ketua Komite CPPCC KOta Xiamen berjumlah delapan orang. Mereka di antaranya Direktur Utama Kantor Urusan Luar Negeri Xiamen Chen Aijing, Wakil Sekretaris CPPCC Xiamen Chen Baoguo, dan Direktur Utama Xiamen Tourism Board Guo Hengming.

Waktu itu Walikota Surabaya Bambang DH didampingi Wakil Walikota Arif Afandi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Juli Subianto, serta Kepala Dinas Perindustrian, M Taswin.

Pada tahun 2005 lalu, delegasi Xiamen turut hadir dalam event internasional `Surabaya Counterparts Forum`, yang juga dihadiri sejumlah negara dan empat kota dunia yang telah menjalin sister city dengan Surabaya. Sedang delegasi Pemkot Surabaya pada tahun yang sama, menghadiri pameran industri, perdagangan dan investasi di Xiamen.

Surabaya dan Xiamen memiliki sejumlah kesamaan, di antaranya Surabaya punya pelabuhan dan institut teknologi, demikian juga dengan Xiamen. Kesamaan inilah yang bisa terus dikembangkan lebih lanjut. Xiamen merupakan kota kedua di China setelah kota Guang Zhou yang juga sister city Surabaya.

Kantor Pertamanan dan PDAM Xiamen, China

Tahun 2012, Kota Xiamen merupakan tujuan utama kunjungan jurnalistik wartawan Surabaya di China. Ada dua topik yang dijadikan bahan studibanding ke sana. Pertama bidang kepariwisataan dan yang kedua pengelolaan air bersih untuk minum. Khusus di bidang kepariwisataan, topiknya adalah melihat dari dekat pengelolaan benda dan bangunan cagar budaya.

Kendati Kota Xiamen layak menjadi “guru” penataan cagar budaya bagi Kota Surabaya. Kota Xiamen dianggap mempunyai persamaan dengan Kota Surabaya, walaupun dari struktur wilayah daratannya sangat berbeda. Surabaya berada di pinggir laut dengan pelabuhan samudera Tanjung Perak yang berada di dataran rendah. Sedangkan Kota Xiamen merupakan kota pantai, pulau yang berbukit-bukit.

Kota dengan luas wilayah 1.580 kilometer per-segi ini sekarang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa — hampir sama dengan Surabaya.  Kawasan yang luasnya dua kali negara Pulau  Singapura itu, ternyata daerah terkecil di Provinsi Fujian atau Hokian. Provinsi ini juga dikenal sebagai tempat para leluhur para Taipan yang menjadi konglomerat di Indonesia. Sebut saja misalnya: Liem Sioe Liong orang top zaman Orde Baru, Liem Seng Tee pendiri pabrik rokok Dji Sam Soe atau Grup Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja boss Sinar Mas Group, dan masih banyak lagi yang lain.     Maskot Kota Xiamen, China

Sama dengan Surabaya, masalah pertamanan dan penghijauan di Xiamen tertata rapi. Namun sebuah perbedaan yang sangat mencolok dengan Kota Surabaya adalah sistem penataan lalulintas jalan rayanya. Pejabat Kota Xiamen lebih “berani” mengambil keputusan untuk merangkul investor. Hampir tak ada kemacetan lalulintas di jalan utama. Selain membuat jalan-jalan bebas hambatan yang lebar, juga membuat jalan-jalan layang yang tingginya melebihi pohon pelindung. Artinya, pembuatan jalan layang di sini tidak menggusur taman dan pohon di pinggir jalan yang sudah ada, Justru di bawah jalan layang itu pohon dan taman tertata indah.

Sarana perhubungan dan transportasi di Xiamen cukup lengkap. Ada  beberapa jembatan melintas sungai dan laut antar pulau kecil. Juga ada terowongan yang menerobos badan gunung, bahkan terowongan di bawah laut. Di samping tetap mempertahankan kapal fery yang menyeberangkan penduduk ke pulau lain.          Sarana jalan dan jalan layang di Kota Xiamen, Fujian, China

Pulau Gu Lang Yu — ditulis Gulangyu — adalah satu pulau di depan Kota Xiamen. Hanya delapan menit dengan kapal fery menyeberang ke pulau kecil yang disebut juga Pulau “Jalan Kaki” dan “Pulau Piano”. Pulau kecil ini punya sejarah yang menarik. hampir sama dengan Hongkong dan Macao, pulau ini menjadi kawasan hunian para kolonial dari Eropa. Berbagai peninggalan bangunan kolonial Inggris dan Belanda masih berdiri tagak dan megah di Pulau Gulangyu ini.

Nah, di Gulangyu inilah, kami melakukan studibanding tentang cagar budaya. Bagaimana melestarikan “keangkuhan” benda-benda kuno peninggalan penjajah itu. Sama juga dengan di Kota Surabaya, hampir 90 persen benda dan bangunan cagar budayanya juga peninggalan zaman penjajahan Belanda. Salah satu bangunan kokoh dan antik dengan arsitektur Eropa adalah bekas kantor Konsulat Inggris yang sekarang berubah fungsi menjadi hotel.

Bangunan kolonial di Pulau Gulangyu, Xiamen

Memang, keunikan kawasan Pulau Gulangyu itulah yang menarik. Sehingga menjadi daerah tujuan wisata. Tanpa memilih waktu, hari-hari biasa dan hari libur Gulangyu selalu ramai oleh pelancong dalam negeri, maupun dari mancanegara.

Gulangyu di Xiamen adalah sebuah pulau dari 1,78 kilometer persegi. Apabila kita memasuki daerah perumahan pulau itu, kita akan mulai mendengar gema musik lembut. Gulangyu juga disebut “Pulau Piano” oleh penduduk setempat. Musik piano dari villa dan lingers sepanjang jalan-jalan sempit pulau, banyak seorang musisi terkenal China berasal dari Xiamen.

Tidak hanya bangunan kuno dan antik yang menjadi obyek di Gulangyu, di sini ada sebuah bangunan besar yang dijadikan sekolah musik, bernama Xiamen Music School. Ternyata sejak zaman dulu, di pulau ini ada sebuah bangunan tempat penduduk China belajar musik Barat. Tempat itu, sekarang dijadikan Museum Piano — karena puluhan piano zaman dulu masih terawat rapi di sini — dan  masih bisa difungsikan.      Sekolah Musik, khusus Piano di Pulau Gulangyu, Xiamen, China

Sama juga dengan di Kota Surabaya, perhatian pemerintah kota terhadap cagar budaya di Xiamen juga serius. Mungkin Pemkot Xiamen lebih serius daripada Pemkot Surabaya. Di samping menjaga kelestarian benda peninggalan kolonial dan kerajaan zaman dulu, Pemkot Xiamen juga mengartikan cagar budaya dengan sikap dan keseharian warganya. Cagar budaya tidak semata-mata melestarikan benda mati, seperti gedung, patung dan benda bersejarah. Tetapi, juga melestarikan adat istiadat di kawasan tertentu. Kawasan itu disebut sebagai kawasan cagar budaya.

Tidak hanya itu perhatian yang diberikan oleh Pemerintah, baik pusat maupun kota. Kendati gedung-gedung itu milik perorangan dan swasta, tetapi sejak dinyatakan bangunan atau kawasan itu sebagai cagar budaya, pemerintah menyiapkan pembiayaan dengan anggaran rutin.

Angkutan ini menggunakan accu tanpa motor membawa turis di Pulau Gulangyu          Setiap Mei ada festival musik internasional, dan piano kompetisi dan festival musik juga sering diadakan. Di Huangyan Lu, dalam perjalanan ke Sunlight Rock, ada ruang konser dimana konser klasik secara teratur diadakan pada akhir pekan.    Patung pendiri sekolah musik di Pulau Gulangyu

Dalam bidang seni, di Xiamen ada lukisan cat minyak desa Wushipu. Lukisan minyak desa ini dinobatkan sebagai “kedua dari dasar lukisan minyak dunia industri” . Xiamen memang memiliki keunggulan industri yang kuat di tangan dicat lukisan cat minyak. Kawasan ini memiliki dua basis manufaktur utama, yaitu: Xiamen Wushipu Oil Painting Desa dan Xiamen Haicang Oil Painting Village. Pangsa pasar 80% di pasar Eropa dan Amerika diambil oleh produk ekspor dari Xiamen.

Sebagai basis utama lukisan tangan minyak di China,  desa Xiamen Wushipu Oil Painting memiliki lebih dari 5.000 seniman. Ia memiliki kemampuan untuk memproduksi semua jenis lukisan minyak dengan spesifikasi yang berbeda dan gaya. Dengan dukungan Pemkot  Xiamen, hal itu telah membentuk rantai industri yang kuat.

Kota Xiamen juga merupakan bagian dari sejarah masa lalu China. Dari Kota Xiamen ini sangat mudah menjangkau negara tetangga yang dulu adalah saudara kandungnya, yakni Taiwan. Dari Xiamen ini terpancar nilai budaya dan sejarah China zaman dulu dengan pengaruh kolonial dan budaya Barat. Yang lebih asyik lagi, saat terjadi perpecahan politik antara Partai komunis dengan Partai Nasionalis.

Panorama indah pariwisata di Kota Xiamen, China       Ada catatan sejarah unik di Kota Xiamen. Tahun 1934, pemimpin China Chiang Kai Sek mengusir pendukung komunis yang berada di  wilayah China selatan ke wilayah utara. Mereka melakukan Long March dan akhirnya menetap di Yanan. Perang saudara yang didasari ideologi berbeda itu, akhirnya tahun 1950, Mao Tse Tung mengalahkan Chiang Kai Sek. Rezim komunis menguasai seluruh daratan China dan Chiang Kai Sek mendirikan pemerintahan nasionalis di Taiwan.

Saat inilah, suatu “perceraian” terjadi di Kota Xiamen. Diibaratkan suami-isteri, Pulau Xiamen dan Pulau Jinmen dulu sangat mesra, terpaksa berpisah. Pulau Xiamen dikuasai pemerintahan China dan Jinmen menjadi wilayah Pemerintahan Taiwan atau China Nasionalis.

Kota Pelabuhan

Xiamen juga dikenal sebagai sebuah kota di pantai di China tenggara. Sebagai kota pelabuhan, Xiamen juga mengikat kerjasama kepelabuhanan (sister port) dengan Pelabuhan Tanjung Parak Surabaya. Kota Xiamen menghadap ke Selat Taiwan dan perbatasan dengan Quanzhou di utara dan Zhangzhou di selatan.    Pantai rekreasi di Pulau Kota Xiamen, China

Xiamen punya julukan lain, yakni “kota Amoy” dan kota “gerbang rendah”. Ini mungkin mengacu pada posisinya di mulut Sungai Sembilan Naga. Dialek Hokkian Zhangzhou dari membaca karakter ini sebagai “e-mui”, sumber nama “Amoy”. dialek ini masih dituturkan di barat dan barat daya kota.

Berdasarkan catatan sejarah, selama Dinasti Jin awal, Xiamen menjadi Tong’an Distrik  di 282, sub-entitas Jin’an Prefektur. Selama Dinasti Song (960-1279 M), kota ini dikenal sebagai pelabuhan internasional yang berkelanjutan.

Seorang ilmuwan China dan negarawan Shen Kuo (1031-1095) menghabiskan masa mudanya di sana, sedangkan ayahnya adalah seorang birokrat lokal pada pemerintah staf. Pada 1387, Dinasti Ming menggunakan tempat ini sebagai basis melawan bajak laut, dan merupakan bagian dari Quanzhou.

Saat pemerintahan Koxinga, tahun 1650, Xiamen dijuluki sebagai Siming Island atau “Mengingat Ming”. Namun, kemudian kota ini diubah namanya menjadi Manchu dan tahun 1680  menjadi Xiamen Subprefektur. Setelah Revolusi Xinhai tahun 1912 kembali ke nama Xiamen. Pada tahun 1949, Xiamen menjadi kota provinsi, kemudian ditingkatkan menjadi kota wakil-provinsi.

Tahun 1980, Xiamen menjadi sebuah kawasan Zona Ekonomi Khusus. Xiamen menjadi kota pelabuhan pertama yang digunakan orang Eropa, yaitu Portugis pada tahun 1541. Itu adalah pelabuhan utama China pada abad kesembilan belas untuk mengekspor teh. Akibatnya, Hokkien memiliki pengaruh besar pada terminologi China.

Selama Perang Opium Pertama antara Inggris dan China, Inggris merebut kota dalam Pertempuran Amoy pada tanggal 26 Agustus 1841. Xiamen adalah salah satu dari lima pelabuhan di China yang dibuka berdasarkan Perjanjian Nanking (1842). Sebagai hasilnya, itu adalah titik masuk awal untuk misi Protestan di China.     Jalan raya masuk terowongan menembus bukit di  Kota Xiamen

Pada tahun 1999, skandal korupsi terbesar dalam sejarah China telah ditemukan, yang melibatkan sampai dengan 200 pejabat pemerintah. Lai Changxing diduga telah menjalankan operasi penyelundupan besar, yang dibiayai tim sepak bola di kota itu, studio film, proyek konstruksi terbesar, dan rumah bordil besar disewa kepadanya oleh Biro Keamanan Umum setempat. Menurut Waktu, “penduduk setempat sering bercanda bahwa Xiamen harus mengubah nama menjadi Yuanhua, nama perusahaan Lai.”

Kegiatan ekonomi utama Xiamen meliputi perikanan, galangan kapal, pengolahan makanan, penyamakan, tekstil, manufaktur mesin perkakas, industri kimia, telekomunikasi, dan jasa keuangan. Manfaat kota terutama dari modal investasi dari Hong Kong, Macau dan Taiwan.

Kota lama di Xiamen, seperti Tunjungan di Surabaya

Pada tahun 2008, sebanyak 356 proyek dengan investasi langsung asing telah disetujui di kota Xiamen. Jumlah investasi kontrak asing sebesar US $ 1,89 miliar. Pada tahun 1992, Xiamen menduduki peringkat di antara 10 besar kota China sehubungan dengan kekuatan yang komprehensif dengan PDB meningkat rata-rata lebih dari 20% per tahun. Pada tahun 2008, PDB di Xiamen sebesar 156 miliar Yuan, meningkat 11,1% dibanding tahun sebelumnya.  PDB per kapitanya adalah 62.651 yuan (US $ 9,017). Reformasi ekonomi membawa total volume impor dan ekspor tahun 2008 menjadi US $ 45,4 miliar, sementara ekspornya mencapai US $ 29,4 miliar.

Xiamen juga merupakan tuan rumah China International Fair untuk Investasi dan Perdagangan diadakan setiap tahun pada bulan September awal untuk menarik investasi langsung asing ke daratan Cina.
Zona pemrosesan ekspor Xiamen terletak di bagian selatan Kawasan Haicang. Jaraknya hanya 1,5 km dari Haicang Port Area dan 10 km dari Bandara Gaoqi Internasional, serta 3 km dari Haicang stasiun kereta api.

Haicang terletak sebelah tenggara Pulau Xiamen, di ujung Delta Xiamen-Zhangzhou-Quanzhou Fujian Selatan berbatasan dengan Kota Zhangzhou di barat, Kabupaten Jimei di utara.

Kendaraan dilatang masuk kawasan ini  di siang hari          Kawasan Pengembangan Xinglin Taiwan ini disetujui untuk didirikan pada tanggal 20 Mei 1989 oleh Dewan Negara. Area yang direncanakan adalah 19,36 kilometer persegi dan luas saat ini adalah 12,5 kilometer persegi. Zona ini terletak di Jimei, Xiamen. Industri utama didirikan di zona ini adalah kimia, mesin, tekstil dan elektronik. Zona ini 8 km dari Bandara Internasional Xiamen Gaoqi dan 3 km dari 319 National Highway.

Pada tahun 1992, Xiamen Xiangyu ditetapkan sebagai  Zona Perdagangan Bebas dan disetujui Dewan Negara. Selain itu ada kawasan pengembangan industri  Hi-tech obor. Kawasan ini juga salah satu zona nasional China teknologi tinggi tingkat pembangunan industri.

Saat ini, terdapat 13 kota di Asia yang memiliki penerbangan langsung ke Xiamen. Kota-kota itu adalah Penang, Kuala Lumpur, Manila, Jakarta, Osaka, Nagoya, Tokyo, Seoul, Taibei, Kohiong, Taizhong, Singapura dan Bangkok. Kota-kota di luar daratan China yang memiliki penerbangan langsung ke Xiamen adalah Hong Kong dan Makau yang terletak di selatan provinsi Guangdong border.It juga membuka penerbangan ke Amsterdam 29 Maret 2011.         Disediakan tempat duduk sepanjang jalan yang khusus untuk jalan kaki ini

Sebagai kota kembar (sister city), Kota Surabaya “sangat layak berguru” ke Kota Xiamen di China ini. Di Kota Xiamen, transportasi kota dilayani dengan taksi yang  tersedia dari bandara ke kota. Selain layanan feri ke Pulau Gulangyu, di Xiamen ada empat jembatan utama yang menghubungkan Pulau Xiamen ke daratan China.

Angkutan massa dilayani dengan Xiamen Bus Rapid Transit (BRT). Ini adalah sistem bus dengan jalan ditutup dengan stasiun dan sistem tiket mirip dengan sistem lampu-rel. Sebagian besar dari sistem BRT 115 km jalur bis bebas hambatan. Tidak ada lampu lalu lintas di sepanjang seluruh sistem BRT. Kecepatan maksimum bus dibatasi oleh desain untuk 60 km per jam.

Lima rute BRT saat ini dalam pelayanan, yaitu BRT-1 Route, BRT-2 Route, Route BRT Huandao Avenue, Chenggong Avenue BRT Route, dan Menghubungkan BRT Route. tarif adalah 0.6 RMB per km untuk bus ber-AC. BRT ini dilengkapi dengan 20 layanan shuttle bus yang menghubungkan tempat-tempat ke stasiun BRT. Layanan shuttle bus memiliki tingkat rata 0,5 RMB. Ada beberapa diskon untuk tarif jika pra-bayar e-card yang digunakan.

Rumah susun atau apartemen sebagai rumah warga Kota Xiamen            Taksi merupakan alat transportasi umum yang menjelajahi sebagian besar wilayah kota Xiamen. Dan yang cukup menarik, di kota ini banyak orang naik sepeda. Tidak seperti di kota-kota China yang lain, selain Beijing,  sepeda motor dan moped adalah bentuk utama transportasi. Kendaraan itu tidak diperbolehkan, bahkan  menggunakan klakson mobil juga dilarang.

Xiamen memiliki sistem jaringan transportasi kereta api dan jalan raya dengan seluruh China. Ini telah membentuk hubungan ekonomi dan perdagangan dengan 162 negara dan wilayah di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, Xiamen  menginvestasikan lebih dari RMB 30 miliar untuk pembangunan infrastruktur.

Ada dua jembatan utama yang menghubungkan pulau Xiamen yang memungkinkan akses mudah ke lalu lintas jalan raya dan transportasi. The Fuzhou-Xiamen dan Zhangzhou-Xiamen Xiamen link jalan raya dengan setiap bagian dari propinsi Fujian dan dengan provinsi Guangdong, Jiangxi dan Zhejiang. Ada juga jasa angkutan kontainer tersedia antara Xiamen dan Shenzhen dan Hong Kong.

Kereta Api di Xiamen terhubung ke semua bagian negara melalui Railway Yingtan-Xiamen, yang terkait dengan jaringan kereta api nasional. Ada layanan penumpang langsung antara Xiamen ke Shanghai, Nanjing, Hefei, Fuzhou, Nanchang dan Yingtan.                   Hotel tempat menginap rombongan wartawan dari Surabaya di Kota Xiamen

Selain Stasiun Kereta Api Xiamen, Xiamen Utara Stasiun Kereta Api, di Gaoqi telah diperpanjang untuk pengangkutan barang impor dan ekspor.  Hal ini juga dihubungkan dengan Fuzhou, Shanghai dan sisanya dari China melalui kereta api berkecepatan tinggi yang dibuka 26 April 2010.

Untuk transportasi udara, ada 62 jalur udara dari Bandara Internasional Xiamen Gaoqi. Penerbangan utama dilaksanakan ke sejumlah tujuan di Asia dan kota domestik yang bisa menangani sebanyak 6.280.000 penumpang dan 201.300 ton kargo.

Kegiatan pelabuhan laut di Xiamen, merupakan salah satu pelabuhan utama di China.  Sejak 1981 itu memiliki peringkat ke-8 di antara pelabuhan utama di China dan peringkat ke-30 di antara 100 pelabuhan top dunia. Pelabuhan laut Xiament terletak di Pulau Xiamen yang berada di mulut Sungai Jiulong — seperti Pelabuhan Tanjung Perak yang terletak di muara Sungai Kalimas.

Ada 81 tempat berlabuh dari tonase besar, menengah atau kecil, termasuk 16 tempat berlabuh dalam air, dimana 6 kontainer beroperasi lebih dari 10.000 ton. 100 000 kapal dermaga tidak bisa langsung di pelabuhan dalam, sedangkan 50 000 kapal tidak bisa menarik untuk bongkar muat.

Saat ini, pelabuhan Xiamen memiliki rute navigasi ke Hong Kong, Jepang, Korea, Kaohsiung dan Singapura. Xiamen baru-baru ini membuka rute laut ke Laut Tengah, Eropa dan Amerika. Pada tahun 2000, throughput kargo di pelabuhan adalah 19.650.000 ton, meningkat 10,82% dibanding tahun sebelumnya, throughput kontainer mencapai 108.460.000 TEUs, naik 27,83% dari tahun sebelumnya.

Di antara barang lainnya ditangani, Xiamen adalah suplai terbesar di dunia dasar untuk bahan tungsten baku. Ini adalah kacamata hitam terbesar di dunia basis manufaktur, mengekspor 120 juta pasang setiap tahun.

Dermaga laut Xiamen, juga merupakan markas besar Army Group 31 dari Tentara Pembebasan Rakyat. Ini adalah, salah satu dari tiga pasukan kelompok yang terdiri dari Nanjing Daerah Militer bertanggung jawab atas pertahanan pantai timur China dan pemulihan Taiwan.

Juga sama dengan Kota Surabaya, Kota Xiamen berulangkali terpilih sebagai kota terbersih di China, dan memiliki banyak atraksi untuk wisatawan. Xiamen dan desa sekitarnya memberikan pemandangan spektakuler dan menyenangkan-pohon pantai berjejer.

Berbelanja, juga merupakan bagian kegiatan kepariwisataan di Xiamen. Kota ini  memiliki berbagai department store. Ada juga supermarket  yang dijalankan oleh Metro dan Wal-Mart. Selain itu ada ShoeMart Shopping Mall yang dimiliki dan dioperasikan oleh Mr Henry Sy seorang pengusaha yang berasal dari Filipina. Ada juga supermarket di kampus universitas dan mereka memiliki layanan pengiriman barang banyak. Di kampus universitas, terdapat banyak toko buku.

Zhongshan Lu adalah kawasan komersial utama di Xiamen. Di sini banyak ruko  yang menjual fashion terbaru, sepatu dan berbagai produk. Sebuah bagian besar dari jalan antara pendaratan feri dan Siming Street,  juga nyaman bagi pejalan kaki. Antara Zhongshan Lu Lu dan Shengping, di Shuixian Lu, ada jalan lama yang terkenal dengan sebutan  Zhenbang Lu.

Xiahe Lu, adalah kantor polisi yang baru didirikan komersial sibuk di Xiamen. Pusat perbelanjaan terletak di sini termasuk Stasiun Kereta Api Dunia Trading Mall, Chengda Mall, Holiday Dunia untuk Perempuan dan Anak

Kampus Universitas Xiamen yang didirikan tahun 1921, termasuk kampus tua di Kota Xiamen, Namun sekarang sudah bermunculan kampus-kampus dan elmabaga pendidikan lainnya di Xiamen. Di antaranya, Jimei University, Lujiang University, Sekolah Kejuruan Oseanografi, Xiamen Nanyang College, Xiamen Performing Arts College, dan Sekolah Kejuruan Perangkat Lunak Xiamen. (*)

10 November 1945

Surabaya Banjir Darah 

 

“Neraka Bagi Sekutu”

 

Oleh: Yousri Nur Raja Agam MH *)

Yousri Nur RA  MH

Yousri Nur RA MH

 

 

BERBEKAL pidato radio Gubernur Soerjo, Jumat 9 November 1945 malam, pemuda pejuang dan rakyat Surabaya sudah melakukan berbagai persiapan. Rakyat Surabaya sudah menafsirkan, penolakan terhadap ultimatum Sekutu oleh Gubernur Soerjo itu, berarti “perang”. Segala kekuatan harus dikerahkan menghadapi ancaman Sekutu tersebut.

Ultimatum pihak Sekutu yang disampaikan Komandan Tentara Sekutu, Jenderal EC Mansergh, benar-benar dilaksanakan, Sabtu pagi, 10 November 1945. Seluruh kekuatan angkatan perangnya, baik darat, laut dan udara dikerahkan menggempur pertahanan Arek Suroboyo di Kota Surabaya.

Walaupun terjadi pertempuran yang tidak berimbang, perlawanan dari pejuang Indonesia tidak pernah surut. Berbagai kesatuan pejuang dan laskar yang sudah membuat “Sumpah Kebulatan Tekad” tanggal 9 November 1945, malamnya, pada pagi hari 10 November itu sudah siaga di segala lini pertahanan.

 Pasukan pejuang sudah bersiap menghadapi senjata modern milik Sekutu yang baru saja memenangkan pertempuran dalam Perang Dunia II. Alat dan armada perang yang membuat Jepang bertekuk lutut di Asia dan Jerman bersama Italia di Eropa itu dipergunakan membombardir Kota Surabaya.

Kota Surabaya diserang dengan meriam-meriam yang ditembakkan dari armada kapal yang berelabuh di Tanjung Perak. Tank-tank dan panser, serta truk serdadu Inggris dan Gurkha bergerak dari Tanjung Perak menuju jantung Kota Surabaya. Tembakan mitraliur dan senapan mesin tiada henti dimuntahkan ke segala penjuru tempat pertahan Arek Suroboyo. Dari udara, pesawat terbang yang meraung-raung menjatuhkan bom ke gedung-gedung dan posko pertahanan pasukan kita.

Sesuai dengan kesepakatan rapat koordinasi yang dipimpin Kolonel Soengkono dari TKR sebagai Komandan Pertahanan Surabaya, membagi pertahanan Kota Surabaya dari empat sektor. Sektor barat dipimpin Koenkiyat, Sektor Tengah dipimpin Kretarto, Sektor Timur oleh Mahardi dan Sektor Selatan dipimpin Kadim Prawirodirdjo.

Pertempuran Surabaya ini berawal dari gerakan tentara Sekutu dari Tanjung Perak menuju tengah kota. Arak-arakan tank, panser dan truk itu dihadang oleh PRI-AL (Pemuda Republik Indonesia- Angkatan Laut) yang memiliki senjata ringan rampasan dari tentara Jepang di Jalan Jakarta, daerah Sawahpulo, Semampir dan Pegirian. PRI-AL ini dibantu oleh PRI Sulawesi yang tergabung dalam PRI Utara yang dipimpin Warrow dengan kekuatan sekitar 30 orang. Pasukan ini juga dibantu laskar Hisbullah yang berjumlah sekitar 50 orang.

Pasukan Inggris terus menyerbu ke pos pertahanan pemuda yang berjumlah sekitar 100 orang di sekitar bioskop Sampoerna dan komplek pabrik rokok Liem Sing Tee (Dji Sam Soe). Dengan tekad membara, pejuang yang berasal dari kampung Kebalen, Lebuan, Pesapen dan Tambak Bayan itu terus menembakkan senjatanya ke arah truk dan pasukan yang berjalan kaki.

Pukul 11.00 tentara Sekutu menembakkan destroyer cavalier sebanyak 57 kali meriam 45 inci. Begitu juga destroyer Carron sekitar 350 kali menggunakan meriam 45 inci. Tidak sedikit gedung di sepanjang jalan yang dilewati rusak akibat tembakan membabibuta itu.

Gerakan tentara Inggris dan Gurkha yang sudah terlatih itu terus menuju ke arah markas polisi (Hoofd Bureau) di Jalan Sikatan. Belasan pemuda gugur dan beberapa bagian gedung mengalami kerusakan akibat tembakan dan granat yang dilemparkan musuh. Gencarnya serangan yang dilakukan Sekutu, membuat pejuang kita mundur masuk ke kampung-kampung sekitar di seberang Kalimas.

Serangan Gila-gilaan

Mendapat serangan yang gila-gilaan itu, membuat pertahanan pemuda kacau. Mereka berlarian menyelamatkan diri, karena tidak mungkin melawan senjata modern itu. Kalau semula PRI-AL dapat bertahan di stasiun KA Sidotopo, akhirnya terpaksa mundur sampai ke daerah Kenjeran.

Para pemuda yang bertahan di sepanjang rel kereta api dari Pasarturi, viaduck dekat kantor gubernur sampai ke Sidotopo yang jumlahnya mencapai 400 orang itu, mampu membuat pasukan Inggris kalangkabut. Korban berjatuhan di kedua belah pihak.

Warga kota Surabaya, terutama anak laki-laki dan pemuda yang mendengar suara Bung Tomo yang terus menerus membakar semangat melalui corong radio yang disiarkan dari studio Radio Surabaya yang di zaman Belanda bernama NIROM di Jalan Embong Malang. Tanpa pikir panjang berhamburan dengan senjata yang mereka miliki ke luar rumah. Mereka bukannya menggunakan senapan atau senjata api, tetapi justru ada yang membawa keris, parang, pedang, bambu runcing, serta clurit.

Tindakan “konyol” itu membuat tentara Sekutu ketakutan akibat ada yang tewas kena gorok dan tusuk senjata tajam, namun pada umumnya kemudian mereka dihabisi oleh tembakan senapan mesin. Tubuh-tubuh bergelimpangan dan banjir darah di mana-mana.

Menurut komandan PI (Polisi Istimewa), Inspektur Soetjipto Danoekusumo, sejak pagi ia berkeliling dengan panser dan memberikan briefing (pengarahan singkat) di depan kantor besar polisi. Tiba-tiba, pesawat terbang Inggris menjatuhkan bom. Peluru kanon pasukan Sekutu itupun berjatuhan di sekitar kantor polisi. Belasan anggota PPI (Pembantu Polisi Istimewa) berguguran.

Pasukan Inggris terus maju, namun tidak mudah, karena jalan raya sudah dipasangi rintangan oleh para pemuda dengan menumbangkan pohon-pohon dan juga balok-balok kayu dan tumpukan batu.

Tidak hanya kantor besar polisi yang menjadi sasaran tentara Inggris, tetapi juga markas besar TKR di gedung HVA yang dipimpin Dr.Moestopo. Gedung Borsumij dan bekas kantor Kempetai yang dijadikan markas TKR pimpinan Jenosewojo juga digempur habis-habisan.

Wartawan senior, almarhum Wiwiek Hidayat dalam tulisannya di Harian Jawa Pos, 4 November 1990, mengungkap beberapa catatan berdasarkan pengamatannya sebagai seorang jurnalis. Tanggal 10 November 1945, menurut mantan kepala kantor berita Antara itu adalah prolog dan eposnya Arek-arek Suroboyo.

Pengertian arek ini “benar-benar arek”, karena para pejuang ini rata-rata memang “masih anak-anak muda” yang usianya 13 hingga 25 tahun. Mereka ini masih pelajar SMP hingga SMA yang bergabung dalam TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar). Di antaranya ada yang sudah kuliah di perguruan tinggi, bahkan sarjana seperti drg (dokter gigi) Moestopo, serta ada pula yang sudah dilatih sebagai tentara Heiho dan Peta. Di samping yang terbanyak adalah anak muda pengangguran.

Peristiwa 10 November ini benar-benar didominasi pemuda. Jadi, “gerakan” pemudalah yang sangat menonjol pada hari-hari pertama itu. Gerakan ini pada mulanya ada pada pemuda “salon” dan intelektual. Tetapi secara cepat berubah menjadi gerakan yang lebih radikal. Sehingga perlawanan terhadap Sekutu benar-benar tidak terkendali. Sampai-sampai pihak musuh kehilangan akal menghadapi tindakan sporadis dan membabibuta “ala bonek” itu, kisah Wiwiek suatu ketika kepada penulis.

Pertempuran yang diawali 10 November 1945 itu terus berlanjut. Pertahanan Arek Suroboyo semakin terdesak ke arah selatan. Sampai akhirnya, terjadi pengungsian ke luar kota. Kalau semula garis pertahanan adalah viaduck dan jalan kereta api dari Sidotopo hingga Pasarturi, akhirnya mundur sampai ke Ngagel, Wonokromo, Gunungsari hingga Sepanjang, bahkan Mojokerto.

Bagaimanapun juga, perjuangan Arek Suroboyo membuat Sekutu kalangkabut. Berita di mediamassa luar negeri, ternyata memberikan salut kepada pejuang Indonesia di Surabaya. Sejak Mallaby tewas, kemudian perang berkecamuk dari darat, laut dan udara, seolah-olah merupakan kelanjutan dari Perang Dunia II. Artinya, Perang Dunia II belum berakhir dengan kekalahan Jepang, Jerman dan Italia. Sekutu masih punya lawan berat sebagai musuh, yaitu Arek Suroboyo.

Perang di Surabaya ini hingga sekarang masih diabadikan di Imperial War Museum di London, Inggris. Ada sebuah foto yang menarik, anak usia sekitar 11 tahun digiring oleh serdadu Gurkha dengan bayonet terhunus. Penjelasan foto itu adalah: “Anak ini tertangkap setelah terkena tembakan pada kakinya dan pincang. Sebelumnya anak ini menembaki tentara Sekutu dan melemparkan granat”.

Ini adalah laporan sebuah regu dari pasukan Sekutu di Surabaya. Ada lagi sebuah foto, dua orang serdadu Inggris sedang menggali tanah untuk perlindungan dari serangan hebat pejuang Surabaya. Di belakang ke dua tentara itu asap hitam menjulang ke udara, dari rumah penduduk yang terbakar. Dan masih banyak foto-foto lain yang menggambarkan kejuangan Arek Suroboyo yang diabadikan di museum perang Inggris itu.

Siang malam pertempuran berlangsung tiada henti. Bantuan dari pemuda dan laskar juga terus berdatangan dari luar kota. Ada yang naik truk, berjalan kaki dan menumpang kereta api. Tanpa disadari tidak kurang 16 ribu nyawa pejuang melayang sebagai kusuma bangsa. Surabaya benar-benar banjir darah. DI mana-mana mayat bergelimpangan.

Kota Neraka

Korban di pihak Inggris pun tidak sedikit. Sampai-sampai dalam catatan sejarah Inggris, menulis pertempuran 10 November 1945 di Surabaya itu benar-benar perang dahsyat luar biasa. Mereka menyebut Kota Surabaya sebagai “inferno” atau kota “neraka” bagi pasukan Inggris.

Bagi Bangsa Indonesia, para pejuang yang gugur dalam pertempuran itu diberi predikat sebagai pahlawan bangsa. Mereka dimakamkan di berbagai TPU (Taman Pemakaman Umum), seperti di Ngagel, Tembok, Pegirian, Tembaan, serta makam umum lainnya di kampung-kampung Surabaya. Banyak di antara mereka adalah pahlawan tidak dikenal.

Kesibukan luar bisa terjadi di Rumah sakit, karena banyak pejuang yang terluka. Sementara yang meninggal dunia, bergelimpangan di jalan-jalan dan gang kampung. Tidak hanya kaum laki-laki yang bergerak, kaum perempuan yang bergabung dalam PPRI (Pemuda Puteri Republik Indonesia) Surabaya juga terjun ke medan pertempuran. Di bawah pimpinan ketua PPRI Surabaya, Lukitaningsih, terhimpun sekitar 60 puteri yang disebar menjadi petugas kesehatan dan palang merah. Mereka ini berusaha menyelamatkan korban yang terluka ke rumah-rumah penduduk, di samping mendirikan pos-pos perawatan.

Sebagian yang terluka parah diangkut ke Rumah Sakit Simpang. Sekarang RSU Simpang sudah tidak berbekas, dan di atasnya sudah berdiri gedung WTC (World Trade Center), Gedung Medan Pemuda dan Plaza Surabaya.

Begitu banyaknya korban, lebih dari seribu orang yang rawat inap, maka dokter Sutopo yang manangani korban, terpaksa kontajk dan minta bantuan dokter ke Jakarta dan kota-kota di Jawa Timur. Dari Jakarta datang bantuan tim dokter dan mahasiswa kedokteran yang dipimpin oleh dr.Azis Saleh. Mereka bergabung dengan tim medis di Surabaya. Karena ruang di RSU Simpang dan rumah sakit lainnya di Surabaya sudah penuh, maka dengan bantuan PMI (Palang Merah Indonesia), sebagian pasien dikirim ke rumah sakit di Sidoarjo, Mojokerto, Mojowarno, Jombang dan Malang. Mereka diangkut dengan kereta api dari stasiun Gubeng. Ada juga yang diangkut dengan truk maupun cikar.

Korban yang gugur terus bertambah. Walikota Surabaya Radjamin Nasution, menggagas perlunya TMP (Taman Makam Pahlawan) untuk para pejuang yang gugur. Dijadikanlah lapangan Canna di Jalan Canna (sekarang Jalan Kusuma Bangsa) yang terletak di depan THR (Taman Hiburan Rakyat) menjadi TMP. Untuk pertamakalinya dimakamkan sebanyak 26 orang korban pertempuran di Surabaya yang jenazahnya diambil dari Rumah Sakit Umum (RSU) Simpang. Korban yang gugur bertambah terus. Dalam waktu singkat TMP di Jalan Canna, diubah namanya menjadi TMP Kusuma Bangsa dan Jalan Canna menjadi Jalan Kusuma Bangsa.

Pertempuran seru berlangsung sampai sampai akhir November 1945. Para pejuang tidak lagi menghitung hari, sebab mereka sibuk bertempur melawan Sekutu. Surabaya menjadi neraka. Inferno bagi Inggris. Namun menjadi kawah candradimuka bagi pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Perang yang “dahsyat” berlangsung selama 20 hari di Surabaya ini menjadi catatan bagi dunia, khususnya Sekutu dan Inggris. Bahkan, bagi bangsa Indonesia, peristiwa heroik di Surabaya ini tidak akan pernah dilupakan. Sejarah mencatat dan mengabadikannya sebagai “Hari Pahlawan” yang diperingati setiap tanggal 10 November. Dan, Kota Surabaya memperoleh predikat sebagai “Kota Pahlawan”. ***

 

*) Yousri Nur Raja Agam MH – pemerhati sejarah, bermukim di Surabaya

 

Setelah Mallaby Tewas

Christison dan Mansergh


Ancam Arek Suroboyo

Yousri Nur RA, MH

Yousri Nur RA, MH

Oleh: Yousri Nur Raja Agam MH *)

HARI Rabu, 31 Oktober 1945, dunia terguncang oleh berita tewasnya Brigjen Mallaby, yang terjadi Selasa, 30 Oktober 1945, sehari sebelumnya. Berita-berita mediamassa, koran dan radio di mancanegara menyudutkan posisi Indonesia. Sebab sumber informasi sepihak, hanya dari pihak Inggris.

Bagi pejuang Surabaya, tewasnya Mallaby merupakan sebuah kebanggaan. Namun perasaan para pemimpin di Surabaya serba salah. Khawatir, dituduh melakukan kejahatan perang. Tetapi, bagaimanapun juga itu adalah sebuah resiko bagi Sekutu-Inggris yang mengabaikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Salah satu di antara pemberitaan media internasional waktu itu, Inggris menuduh Arek Suroboyo sengaja melakukan penyerangan tanpa peringatan awal. Pemberitaan pihak Inggris ke dunia luar yang trial by the press itu memang tidak sertamerta dapat dibantah. Namun kemudian dijaleskan bahwa saat peristiwa itu terjadi, Moehamad dan TD Kundan yang merupakan wakil Indonesia sedang berunding di gedung Internatio.

Akhirnya sesuai dengan kesepakatan perunding Moehamad dengan pihak Inggris, Rabu, 31 Oktober 1945 sekitar pukul 13.00 seluruh pasukan Inggris meninggalkan gedung Internatio. Mereka diangkut dengan truk-truk TKR ke Markas Besar Inggris di Jalan Westerbuitenweg (sekarang bernama Jalan Indrapura).

Surat Christison

Jenderal Christison, Panglima Tentara Sekutu Asia Tenggara di Jakarta mengeluarkan pengumuman berupa ancaman terhadap bangsa Indonesia, khususnya Arek-arek Suroboyo. Isinya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah:

Peringatan kepada Bangsa Indonesia!

Pada tanggal 28 Oktober 1945 sejumlah besar orang Indonesia yang bersenjata di Surabaya telah menyerang dengan tiada memberi peringatan atau terjadi provokasi pasukan-pasukan Inggris yang mendarat dengan maksud melucuti senjata dan mengasingkan pasukan-pasukan Jepang, menolong tawanan-tawanan perang dan orang-orang yang diasingkan, dan menjaga ketenteraman di daerah yang mereka duduki.

Dengan demikian orang-orang Indonesia itu telah melanggar perjanjian peletakan senjata buat sementara dan dengan sewenang-wenang membunuh Brigadir Jenderal Mallaby yang pergi berbicara dengan mereka.

Penyerangan langsung dan tidak bersebab terhadap pasukan-pasukan Inggris bagaimanapun juga tidak diperbolehkan, dan sekiranya orang-orang Indonesia yang melakukan perbuatan ini tidak menyerah kepada saya, saya berniat akan menggunakan segala tenaga dari Angkatan Laut, Darat dan Udara, beserta segala senjata-senjata modern terhadap mereka sampai mereka hancur.

Kalau dalam tindakan ini orang-orang Indonesia yang tidak bersalah meninggal atau terluka, maka tanggungjawab dipikulkan oleh orang-orang Indonesia tersebut yang telah melakukan kejahatan-kejahatan seperti saya katakan tadi.

Saya peringatkan kepada seluruh rakyat Indonesia di Pulau Jawa, supaya mereka jangan bersangkutpaut dengan golongan ekstrimis dan supaya bekerja bersama-sama dengan tentara saya dan hidup damai dan tenteram dengan mereka.

Karena kalau kekerasan dipergunakan kepada tentara saya, maka jawabannya adalah kekerasan juga. Saya berniat teguh menjamin keamanan dan ketenteraman dan berharap kepada orang-orang Indonesia yang baik untuk membantu saya.”

Christison – Panglima Tentara Sekutu Asia Tenggara.

Demikian peringatan Jenderal Christison yang dikutip juga oleh Presiden Soekarno dalam pidato radionya, Rabu malam, 31 Oktober 1945 pukul 19.30 di Jakarta. Dalam pidato radionya Bung Karno dengan panjang lebar mengisahkan kejadian di Surabaya saat itu. Dalam pidato itu antara lain dinyatakan:

“Surabaya merupakan satu kekuatan kita; bahwa di Surabaya TKR kita tersusun dengan baik. Bahwa pemuda-pemuda dan kaum buruh telah membentuk persatuan-persatuan yang sangat teguh.

Bahwa pertempuran-pertempuran kita dengan tentara Inggris pada tanggal 28 Oktober sampai 30 Oktober 1945, kurang baik menggunakan kekuatan itu dengan tidak didasarkan atas siasat bekerja bersama-sama dengan bahagian di Indonesia lain, dan tidak didasarkan siasat yang bersifat perjuangan lama, maka kini timbul keadaan yang melemahkan kekuatan di Surabaya dan di Indonesia.”

Pada bagian akhir pidatonya, Bung Karno berpesan, bahwa musuh kita bukan Sekutu, tetapi NICA. Oleh sebab itu, semua pertempuran dengan Sekutu harus dihentikan.

Setelah peristiwa tewasnya Mallaby, keadaan Surabaya makin mencekam. Para pejuang Arek Suroboyo, terus siaga. Sementara biro-kontak terus melakukan rapat-rapat tentunya tanpa kehadiran Mallaby lagi.

Surat Mansergh

Suasana di Surabaya makin memanas. Perundingan dan rapat-rapat biro-kontak terus berlangsung. Suhu udara di Surabaya, hari Rabu, 7 November 1945 yang semula cukup tenang, kemudian terasa memanas. Pukul 11.30 berlangsung pertemuan antara Gubernur Jatim, Soeryo yang didampingi staf, anggota biro-kontak dengan Mayjen Mansergh (pengganti Mallaby) beserta stafnya.

Dalam pertemuan itu, Mansergh membacakan surat bernomor G.512-1, 7 November 1945. Surat itu ditandatangi sendiri oleh Mansergh. Surat yang benar-benar menunjukkan kecongkakan Inggris dan banyak berisi kebohongan itu, seperti yang diterjemahkan TD Kundan adalah:

Nama saya Mayor Jenderal B.C.Mansergh OBE,MC. Saya adalah komandan Tentara Sekutu Jawa Timur dan mewakili Panglima Tentara Sekutu Hindia-Belanda.

2. Kehadiran saya disini adalah untuk:

Mengungsikan tahanan-tahanan perang Sekutu dan kaum interniran Sekutu dan warga-warga lain yang ingin pulang, seperti ke Swis, India dan lain-lain.

Melucuti orang-orang Jepang dan mengungsikan mereka.

Dunia menyadari sepenuhnya bahwa Sekutu mempunyai kapal-kapal serta organisasi di Surabaya yang diperlukan dan berkeinginan untuk membantu semua orang asing dalam pengungsian itu Mereka selanjutnya, mengetahui jika para orang asing sampai tidak diizinkan untuk mengungsi dan pulang maka tanggungjawab sepenuhnya adalah kepada bangsa Indonesia.

Juga telah diinsyafi sepenuhnya oleh seluruh dunia, bahwa orang-orang yang tidak bertanggungjawab, dibiarkan membawa senjata, dibiarkan merampok, melakukan pengkhianatan dan pembunuhan terhadap wanita-wanita dan anak-anak yang tidak bersenjata, dan melakukan lain-lain tindakan keganasan yang sangat bidab.

Hal ini terjadi sekalipun di Surabaya sudah ada formasi kepolisian bersenjata di bawah pimpinan Indonesia yang telah diakui oleh sekutu. Akan tetapi tuan ternyata tidak dapat menguasainya, tuan mempunyai sarananya, akan tetapi tidak dapat menyelenggarakan ketertiban umum. Seluruh dunia tahu tentang hal ini dan tahu juga tentang keganasan-keganasan yang telah dilakukan.

Saya perlu memberitahukan kepada tuan, bahwa semua itu adalah tanggyungjawab tuan, beserta anak buah tuan, yaitu menyelenggarakan ketertiban umum; pula bahwa segala jaminan dan janji tuan benar-benar harus dilaksanakan. Dalam hubungan telah disetujui bahwa beberapa daerah Surabaya akan digunakan hanya oleh Sekutu atau oleh pihak Indonesia dengan tujuan menghindari pertempuran-pertempuran. Pihak tuan telah melanggar janjinya. Pada waktu itu tank-tank dan tentara Indonesia telah berada di lapangan udara dan mengambil posisi (yang dimaksud di sini adalah lapangan udara Morokrembangan). Sesuai dengan janji tuan, maka tank-tank dan tentara itu harus ditarik mundur hari ini. Saya akan mengambilalih tanggungjawab di daerah lapangan terbang itu dan akan mendudukinya hari ini dimulai pukul 14.00. Adapun akan menjadi tanggungjawab tuan, jika terjadi insiden-insiden.

Wakil-wakil tuan berkali-kali menjanjikan untuk menjamin kembalinya semua yang terluka dari tentara Sekutu, tahanan, peralatan, truk-truk dan sebagainya. Sampai sekarang janji itu lambat pelaksanaannya dan banyak hal lain yang sama sekali diabaikan. Saya hendak menekankan bahwa semua kegagalan tuan itu, saya anggap bahwa tuan tidak mampu atau tidak mau memenuhi perjanjian-perjanjian dan jaminan-jaminan yang telah disepakati; dan bahwa Sekutu beserta seluruh dunia telah mengetahui tentang kegagalan tuan itu.

Saya minta sekarang supaya diatur lebih lanjut mengenai evakuasi warga negara asing yang ingin dipulangkan, dan supaya semua tentara Sekutu yang luka-luka dan hilang, truk-truk, peralatan dan sebagainya segera dikembalikan.

Demikian isi surat Jenderal Mansergh. Surat itu dibacanya sendiri di hadapan wakil-wakil Pemerintah RI dan biro-kontak. Surat nomor G-512-1 ini – sesuai ketikan – bertanggal 3 November 1945. Tetapi tampak coretan tinta dan diganti tanggalnya menjadi 7 November 1945.

Dengan dada terangkat dan tatapan congkak, seusai membaca surat itu – yang diterjemahkan oleh Kundan, Mansergh duduk kembali.

Semua yang hadir tercengang.

Surat yang ditulis Christison dan Mansergh ini membuat para pejuang dan pejabat Pemerintahan Indonesia di Surabaya “terbakar”, karena merasa dilecehkan. ***

*) Yousri Nur Raja Agam – pemerhati sejarah, bermukim di Surabaya.

Situasi menjelang 10 November 1945

Tentara Inggris

Dipaksa Menyerah

Oleh: Yousri Nur Raja Agam M.H.

PERUNDINGAN antara pihak Sekutu dengan Indonesia, dilanjutkan Selasa besoknya, 30 Oktober 1945, pukul 11.00 di ruang rapat Gubernur Jatim, Suryo.

Dari pihak Sekutu dipimpin oleh Mayjen DC Hawthorn, Panglima tentara Inggris yang membawahi wilayah Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Ia didampingi Brigjen AW Mallaby, Kolonel LHO Pugh, Mayor M.Hudson, Kapten H.Shaw dan beberapa perwira lainnya.

Sedangkan dari pihak Indonesia, Presiden bersama Wakil Pesiden RI, Sukarno-Hatta atau popular dengan sapaan Bung Karno dan Bung Hatta didampingi Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin, Gubernur Jawa Timur, Suryo, Residen Sudirman dan para tokoh pejuang Arek Suroboyo, yakni: Doel Arnowo, Atmadji, Moehamad, Soengkono, Soejono, Roeslan Abdulgani, Kusnandar dan TD Koendan.

Dalam perundingan itu ada empat masalah pokok yang dibahas. Perundingan berjalan alot, ungkap Roeslan Abdulgani.

Pertama: masalah pamflet yang disebarkan Inggris, 27 Oktober 1945 lalu yang mengancam melucuti senjata TKR, Polisi dan pasukan rakyat bersenjata lainnya. Isi pamflet itu dengan tegas ditolak dan dikecam oleh TKR, Polisi, PRI dan BPRI.

Akhirnya Jenderal Hawthorn menarik kembali pamflet itu dan sekaligus mengakui eksikstensi TKR dan Polisi Indonesia.

Kedua: daerah yang diawasi pasukan Inggris. Mereka ingin menguasai tempat-tempat yang mereka duduki dan minta kepungan-kepungan yang dilakukan pejuang Surabaya dihapuskan. Pihak pejuang Surabaya dengan tegas menolak dan menuntut pihak Inggris menarik mundur pasukannya sampai ke daerah pelabuhan Tanjung Perak.

Terjadi kompromi, pasukan Inggris ditarik dari tempat yang diduduki, seperti: gedung HBS Ketabang (SMA Komplek sekarang), BPM (gedung Pertamina di Jalan Veteran sekarang), Internatio (gedung Panca Niaga di Taman Jayengrono – Jembatan Merah sekarang) dan beberapa gedung lain. Jadi, pasukan Inggris hanya berada di dua tempat saja, yaitu: pelabuhan Tanjung Perak dan di daerah interniran RAPWI di Darmo.

Ketiga: hal yang berhubungan dengan siapa yang berhak menjaga tempat interniran RAPWI di Darmo. Pihak Indonesia atau Inggris?

Untuk butir ini, perunding Indonesia agak mengalah, dengan mempercayakannya kepada pasukan Inggris. Tetapi sebaliknya, TKR dan Polisi Indonesia ikut menjaga kawasan pelabuhan.

Keempat: mengenai perlu atau tidaknya dibentuk “biro kontak”.

Dalam perundingan, semula Inggris menolak. Namun, pihak Indonesia minta jaminan tidak terulang kembali tindakan sepihak yang sifatnya melanggar persetujuan yang disepakati. Akhirnya, delegasi Inggris menyetujui adanya “biro kontak” yang bertugas mengawasi dan melaksakan persetujuan secara rinci.

Selama berlangsung perundingan, meriam kapal perang Inggris terus memuntahkan dentuman dahsyat. Tetapi tidak jelas apa sasarannya. (Mungkin hanya penggunakan peluru hampa – pen). Mendengar gertak sambal Inggris itu, para pejuang, TKR dan Polisi Istimewa (PI) yang berjaga dalam kota juga tidak kalah akal. Mereka melakukan aksi balasan. Komandan TKR dan PI memerintahkan tank dan panser bergerak mengepung kantor gubernur, tempat perundingan berlangsung.

Tank dan Panser

Suaranya gemuruh, karena tank dan panser itu berputar-putar tanpa arah. Apalagi di antara mereka ada yang baru belajar mengemudikan tank dan panser, bila maju dan mundur perlu manuver garak berulang-ulang. Akibatnya, ruang perundinganpun merasakan getaran itu.

“Pikir kita, biar Inggris terkena taktik intimidasi kita. Anehnya yang paling berpengaruh oleh gemuruh suara tank-tank kita itu adalah pemimpin tertinggi kita dari Jakarta. Berkali-kali Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Amir Sjarifudin dengan suara tertekan minta agar bunyi suara tank dan gerakan manuver itu dihentikan”, tutur Roeslan Abdulgani.

Cak Roeslan meninggalkan ruang sidang, ia ke luar dan menemui pemuda pejuang untuk menghentikan manuver gerakan tank.

“Stop! Jangan ribut. Hentikan gerakan tank. Yok opo rek, ternyata yang gemetar itu bukan Inggris, tetapi justru penggede-penggede dari Jakarta”, ujar Cak Roeslan.

Ungkapan Cak Roeslan itu dijawab pengemudi tank. “Jadi bagaimana Cak! Berhenti atau tidak”. “Saiki mandeko sediluk bae, tapi enkuk terusno mane! (Sekarang berhenti sebentar, tetapi nanti diteruskan lagi)”, jawab Cak Roeslan.

Jadi, suasana di luar sidang cukup tegang dengan tekad membara. Kendati demikian, tetap penuh kelakar dan humor.

Selesai perundingan, disampaikan kesimpulan tentang persetujuan gencatan senjata yang diumumkan Menteri Penerangan Amir Sjarifudin. Kemudian rombongan Bung Karno dan Jenderal Hawthorn kembali ke Jakarta melalui lapangan terbang Morokrembangan. Saat melewati jalan-jalan kota, suasana perang masih terasa. Di sana-sini terdengar suara tembakan.

Di ruang kerja Residen Soedirman sorenya pukul 15.00 dilangsungkan rapat biro-kontak. Dalam rapat itu, diangkat sekretaris bersama biro-kontak, masing-masing Roeslan Abdulgani dan Kapten H.Shaw. Cak Roeslan diberi pangkat Kapten (tituler), disejajarkan dengan pangkat sekretaris dari pihak Inggris.

Radio BPRI (Barisan Pemberontak Republik Indonesia) pimpinan Bung Tomo dan Radio Surabaya terus menyiarkan hasil persetujuan yang ditandatangani Bung Karno dan Jenderal Hawthorn itu. Namun rakyat dan komponen pejuang kemerdekaan tidak begitu saja menerima gencatan senjata itu. Mereka masih terus mengepung gadung Lindeteves dekat jembatan Semut dan gedung Internatio di Jembatan Merah.

Biro-kontak memutuskan datang sendiri menyelesaikan konflik bersenjata yang belum reda di gedung Internatio dan Lindeteves.

Rombongan biro-kontak dengan delapan mobil pukul 17.00 tiba di dekat gedung Lindeteves. Ternyata di sini tembak-menembak sudah usai. Rombongan meneruskan perjalanan ke gedung Internatio. Di sini masih terjadi tembak-menembak. Ketika rombongan kontak-biro tiba, tembak-menembak berhenti.

Pemuda-pemuda mengerumuni mobil rombongan kontak-biro Indonesia. Mereka menuntut pimpinan tentara Inggris yang ikut dalam rombongan memerintahkan pasukannya yang sudah terkepung di gedung Internatio untuk menyerah. Atau setidak-tidaknya sore itu juga diangkut ke pelabuhan Tanjung Perak dengan peninggalkan senjata masing-masing.

Residen Soedirman memberi pengertian tentang situasi dan adanya persetujuan bersama hasil perundingan. Kemudian Doel Arnowo dan Soengkono naik ke atas kap mobil. Dengan berdiri tegap mereka bergantian memberi penjelasan. Rakyat diminta sabar. Tentara Inggris malam ini diperkenankan tinggal di gedung Internatio. Besok pagi akan diangkut ke pelabuhan dengan penjagaan TKR. Sudah ada persetujuan antara Bung Karno dengan Jenderal Hawthorn, ujarnya.

Rakyat dan pemuda yang mendengar penjelasan itu, hanya nggrundel (mengomel) dengan wajah tak puas.

Rombongan mobil biro-kontak bergerak ke arah Jembatan Merah. Di tikungan jalan sekelompok pemuda yang dipimpin seorang yang tampak histeris menghadang. Dia membawa bendera merah putih. “Yang merah ini, merah karena darah. Merah ini adalah merah darah seorang tentara Inggris”, ujar anak muda itu sembari menunjukkan kepada Cak Roeslan.

Iringan mobil yang dihadang itu berhenti. Kelompok pemuda ini kembali mengajukan tuntutan. Mereka minta, sekarang juga pasukan Inggris yang terkepung dalam gedung untuk menyerah. Sore ini juga diangkut ke palabuhan dan meninggalkan senjata. Kalau tidak, selama mereka berada di gedung itu rakyat tidak akan merasa aman. Rakyat terus terancam keselamatannya, sebab beberapa kali pasukan Inggris membabibuta menembaki rakyat secara brutal.

Residen Soedirman, Doel Arnowo dan Soengkono kembali memberi keterangan, bahwa tuntutan tidak bisa dipenuhi dan minta kesabaran rakyat.

Suasanapun mereda.

“Berilah kami jaminan, pasukan Inggris malam ini berhenti menembak ke luar”, pinta para pemuda itu.

“Baik”, jawab Residen Soedirman.

Setelah berunding dengan Mallaby dan staf, mereka bersedia berunding dengan tentara yang berada di dalam gedung. Bahkan, Mallaby sendiri bersedia masuk ke dalam gedung untuk memerintahkan penghentian tembakan. ***