Kota Surabaya
Punya Saudara Kembar
di Mancanegara
Oleh: Yousri Nur Raja Agam MH *)

Yousri Nur RA MH
TIDAK hanya manusia dan makhluk hidup yang punya saudara kembar. Kota Surabaya juga punya “adik perempuan” di luarnegeri. Istilah dalam kerjasama internasional, disebut “Sister City”. Dalam hubungan antarkota sister city ini diterjemahkan sebagai “kota kembar”.
Kerjasama antarkota, baik sesama pemerintah kota di dalam satu negara, maupun dengan kota di mencanegara, biasanya disepakati karena adanya kesamaan kepentingan. Bisa berhubungan dengan kesamaan budaya, persamaan kegiatan bisnis, kesamaan dalam letak geografis dan sebagainya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, selama ini sudah menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai kota di Indonesia. Namun yang ditetapkan dalam bentuk kerjasama berkelanjutan, di antaranya dengan tiga kota di luar negeri. Ke tiga kota di mancanegara itulah yang kemudian dinyatakan sebagai “adik perempuan” (sister city) Kota Surabaya. Di samping tiga kota itu ada beberapa kota lain yang sudah dijajaki namun belum disebut sebagai sister city.
Tiga kota di luarnegeri sudah ditetapkan sebagai saudara kembar Surabaya. Bermula dari Kota Seattle di Amerika Serikat, kemudian menyusul Kota Kochi di Jepang dan Kota Busan di Korea Selatan.
Setelah ke tiga kota itu, dijajaki jalinan persaudaraan dengan kota lain. Misalnya dengan Kota Guangzhou dan Kota Kunming di Cina, Kota Perth di Australia Barat, Kota Rotterdam di Negeri Belanda dan Kota Kitakyushu di Jepang.
Kerjasama berkesinambungan dengan kota di luar negeri, pertama terjalin dengan Kota Seattle yang terletak di negara Bagian Washington, Amerika Serikat. Sebagai saudara kembar kota Surabaya, langkah awal yang dilakukan sejak tahun 1992, oleh Walikota Surabaya (waktu itu) dr.H.Poernomo Kasidi, adalah program pendidikan, bidang perkotaan dan kegiatan dunia usaha.
Sebagai kelanjutan kerjasama antarkota ini, dilakukan pertukaran pelajar dan konjungan yang bersifat pendidikan. Berulang-ulang terjadi pengiriman delegasi dari Surabaya maupun tamu yang datang dari Seattle untuk saling mempererat kerjasama. Di samping itu dalam kegiatan pembangunan perkotaan, juga dilakukan kerjasama manajemen dan pembangunan jaringan pipa air bersih. Hal ini dilakukan antara Pemkot Seattle dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Surabaya.
Tahun 1994, kerjasama antarkota dengan luarnegeri juga ditandatangani antara Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro dengan walikota Busan di Korea Selatan. Selain bidang pendidikan dan budaya, juga dilakukan kerjasama bidang ketenagakerjaan. Sudah berulangkali terjadi hubungan dan kerjasama langsung antarsekolah dan antarperguruantinggi, dengan pengiriman guru dan dosen ke Busan dan sebaliknya juga kunjungan guru dan dosen dari Korsel ke Surabaya.
Tentunya di samping itu, yang lebih pokok adalah peningkatan kerjasama antarkota yang mempunyai geografis yang sama, yakni di bidang pelabuhan dan maritim. Sama dengan Surabaya, Kota Busan juga kota kedua terbesar di Korea Selatan setelah ibukotanya Seoul. Pelabuhan laut Kota Busan yang menghadap ke Lautan Pasifik di Semenanjung Korea itu, juga merupakan pelabuhan kedua di negeri “ginseng” itu, sama dengan Tanjung Perak Surabaya.
Kota pelabuhan yang mulai berkembang sejak tahun 1876 ini, kegiatan armada kapal dagangnya juga sudah sering melakukan angkutan antarnegara dengan Indonesia, khususnya ke Surabaya. Sekarang, Kota Busan juga sudah berkembang menjadi kota maritim, perdagangan, industri, pendidikan dan pariwisata. Jadi, sama dengan Kota Surabaya yang menggunakan predikat kota Indamardi (Industri, perdagangan, maritim dan pendidikan) atau sekarang Budi Pamarinda (Budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan).
Lain lagi dengan “adik perempuan” kota Surabaya dari Jepang, yaitu Kota Kochi. Kerjasama dengan Kota Kochi dilakukan sejak tahun 1997. Ada tujuh bidang kerjasama yang disepekati, yakni: bidang manajemen kota, manajemen pelabuhan, pengembangan dunia usaha, pendidikan, Iptek, lingkungan hidup, kepariwisataan dan seni budaya.
Kerjasama yang dilakukan pertamakali oleh H.Sunarto Sumoprawiro, diteruskan oleh Walikota Surabaya, Drs.Bambang Dwi Hartono, MPd. Bahkan untuk perpanjangan kerjasama itu, walikota Surabaya didampingi Ketua DPRD Kota Surabaya HM Basuki (waktu itu), awal September 2002.
Perpanjangan kerjasama yang dilakukan antarkota Surabaya dengan Kochi, diperbarui secara tegas kerjasama bidang industri dan perdagangan. Kerjasama di bidang perdagangan dan industri yang lebih konkrtit tidak hanya terfokus di Kota Surabaya, tetapi juga mengajak kerjasama dengan wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). Alasannya, Pemkot Surabaya dapat menjadi mediator pengembangan kegiatan industri di kabupaten dan kota di sekitar Surabaya itu.
Dalam bidang maritim dan kepelabuhanan, hubungan antara pelabuhan Kochi dengan Tanjung Perak Surabaya, juga sudah berjalan lancar. Kegiatan ekspor-impor barang antarkota di dua negara ini terus meningkat. Tidak kurang peningkatan bongkar-muta barang 1,3 juta TEUs (Twenty Equivalen Units) petikemas tiap tahun di Tanjung Perak, 30 persennya dikirim ke Jepang melalui pelabuhan Kochi.
Saat berkunjung ke Jepang, walikota Surabaya juga disuguhi berbagai kegiatan pembangunan di negara “matahari terbit” ini. Termasuk, masalah pengelolaan sampah kota. Baik waktu Cak Narto – sapaan Sunarto Sumoprawiro, maupun Bambang DH berkunjung ke sana, masalah sampah yang selalu menjadi topik berita berkepanjangan di mediamassa Surabaya, juga mendapat perhatian. Maka tidaklah mengherankan, kalau sepulangnya dari Kochi, Jepang, baik masa Cak Narto, maupun waktu Bambang DH, oleh-olehnya adalah cerita tentang “bersihnya” kota Kochi dan bagusnya pengelolaan sampah di sana.
Bambang DH menceritakan, ia diajak mengunjungi proyek TPA (Tempat pembuangan Akhir) sampah di Nagahama. Di TPA itu ada incenerator (instalasi pembakar sampah) di atas lahan seluas 2,9 hektar. Proyek ini dibangun sejak 19 Desember 1998 itu diresmikan 18 Maret 2002. Yang membuat Bambang DH takjub, katanya, hasil pembakaran sampah di Kota Kochi ini diolah menjadi kerikil untuk pembuatan paving stone. Sedangkan panas yang dihasilkan dari pembakaran itu menghasilkan uap untuk mandi air panas.
Kerjasama untuk membentuk kota kembar dengan Perth, Australia Barat belum ditindaklanjuti. Selama ini yang sudah berlangsung adalah kerjasama Provinsi Jawa Timur dengan Negara Bagian Australia Barat yang beribukota Perth. Sama juga dengan di Jepang, Provinsi Jawa Timur juga punya “provinsi kembar” yaitu Provinsi Osaka.
Hubungan antarkota untuk menjalin kerjasama, juga sudah pernah dilakukan dengan Pemkot Guangzhou, Cina dan Kota Rotterdam di Negeri Belanda. Namun hingga tahun 2004, belum dapat diwujudkan.
Dengan Kota Rotterdam, penjajakan kerjasama itu dilakukan oleh delegasi pendidikan Inholland University yang dipimpin Paul Minne, bulan Maret 2003 lalu. Tahap awal direncanakan kerjasama bidang pendidikan dan nantinya berlanjut kepada manajemen kota, khususnya menyangkut penanggulangan dan pengendalian banjir, ujar Ir.H.Alisjahbana,MA (saat itu sebagai Sekretaris Kota Surabaya) yang mewakili walikota saat menerima delegasi dari Negeri Belanda itu.
Kochi di Jepang
Kochi adalah nama sebuah kota di Jepang. Sejak 17 April 1997, Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro mengikat kerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Kochi. Ikatan kerjasama antarduakota ini diabadikan menjadi “kota bersaudara” atau “kota kembar”. Ibaratnya, persaudaraan sesama perempuan. Sehingga, disebutlah dengan istilah “sister city”.
Kota Kochi ini boleh dikatakan sebagai “saudara perempuan” Surabaya di luarnegeri. Sebelumnya, Surabaya juga sudah punya saudara kembar lain di mancanegara, yaitu Kota Seattle di Amerika Serikat sejak 1992 dan Kota Busan di Korea Selatan sejak 1994. Dari ke tiga kota kembar Surabaya itu, aktivitas kerjasama terbanyak adalah dengan Kota Kochi.
Apa istimewanya Kota Kochi, sehingga dengan kota di negara Sakura ini Surabaya kelihatannya begitu akrab? Ternyata, dibandingkan Seattle yang terletak di negara bagian Washington DC, faktor kedekatan lokasi yang lebih menarik. Sedangkan jika dibandingkan dengan Busan di Korea Selatan, ternyata penyesuaian budaya lebih mudah – mungkin akibat Indonesia pernah “dijajah” Jepang sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya 17 Agustus 1945.
Kecuali itu, jenis kerjasama dengan Kota Kochi cukup beragam. Berbeda dengan Seattle dan Busan. Dengan Seattle, yang lebih dominan adalah kerjasama bidang pendidikan, di antaranya pertukaran pelajar antardua negara. Kemudian berlanjut masalah pengelolaan air bersih. Juga demikian halnya dengan Kota Busan di Korea Selatan, selain kerjasama pendidikan, dikembangkan ke bidang tenagakerja.
Lain halnya dengan Kota Kochi, kerjasama yang diawali dengan bidang pendidikan, seni dan kebudayaan, terus bertambah ke bidang industri dan perdagangan. Kerjasama dengan Kota Kochi yang dimulai tahun 1997, selain empat bidang itu kini sudah menjadi sembilan bidang, yakni ditambah bidang manajemen kota, manajemen pelabuhan, pengembangan dunia usaha, lingkungan hidup dan kepariwisataan.
Sebagai perwujudan kerjasama, sudah banyak staf Pemkot Surabaya yang dikirim untuk menimba pengetahuan dan mendapatkan pengalaman di Kochi. Sebaliknya, beberapa karyawan dan staf Pemkot Kochi juga ada yang memperoleh pengetahuan administarsi pemerintahan di Kota Surabaya.
Nah, agar keakraban itu semakin terasa, ada baiknya profil kota-kota kembar Surabaya itu kita sajikan. Kochi adalah kota pelabuhan yang menghadap ke Samudera Pasifik. Kota yang dilatarbelakangi pegunungan Shikoku itu sudah berusia 400 tahun lebih. Kochi dikenal sebagai kota berbasis politik, ekonomi dan budaya. Sekarang berkembang lagi menjadi kota pusat HAM (Hak Azasi Manusia). Dan yang paling istimewa dalam dunia perpolitikan, Kochi adalah kota pertama yang memberi hak suara kepada wanita di seluruh Jepang.
Mungkin kelahiran Kota Kochi “mirip” dengan asal-usul Kota Surabaya. Kalau Surabaya yang dinyatakan berusia 700 tahun lebih, awalnya berasal dari tanah oloran (lumpur yang menjadi daratan) di muara sungai Kali Brantas. Lama kelamaan daratan itu terus bertambah dan tinggi, sehingga kini menjadi sebuah kota yang luasnya 326,37 kilometer per-segi. Kochi, seribu tahun lalu dinyatakan sebagai wilayah yang masih berada di bawah permukaan laut. Namun 400 tahun tahun yang lalu, sungai Kagamigawa yang mengalir ke teluk Urado membuat delta di muaranya. Tanah delta itu semakin hari semakin bertambah, sehingga akhirnya menimbulkan daratan di atas permukaan laut.
Daratan di muara sungai itu, kemudian dijadikan benteng oleh raja Chosokabe Motochika yang menguasai wilayah itu. Kochi kemudian terbentuk menjadi kota di sekitar benteng. Pada tahun 1889 dilakukan penataan administrasi kota. Waktu itu, jumlah penduduk di sekitar benteng Kochi baru sekitar 20 ribu jiwa.
Sejalan dengan berlalunya waktu, kota Kochi terus berkembang dengan menggabungkan desa dan kota kecil di sekitarnya. Sekarang jumlah penduduknya mencapai 400 ribu jiwa.
Kota Kochi mempunyai peran penting dalam sejarah Jepang pada zaman Perang Dunia II. Akibatnya, pada bulan Juli 1945 pusat kotanya terbakar oleh ledakan bom tentara Sekutu. Belum sempat kota ini berbenah diri, tahun 1946 terjadi gempa bumi Nankai yang menghancurkan kota ini. Setelah dilakukan pembangunan dan rehabilitasi, bencana masih mengancam. Tahu 1970, 1975 dan 1976 Kota Kochi berantakan dilanda taufan yang datang dari Samudera Pasifik. Menyusul pada bulan September 1998 lalu, hujan lebat yang berkepanjangan mengakibatkan kota Kochi terendam banjir.
Dalam suasana yang demikian, Pemkot Kochi tiada henti melakukan pembenahan permukiman dan pemulihan kegiatan usaha warganya. Salah satu di antara upaya yang dilakukan adalah melakukan promosi hubungan komunitas, tindakan dan kebijakan bagi kesejahteraan, serta melindungi warga kota dari ancaman bencana alam.
Walikota Kochi, Matsuo Tetsuto pada bulan November 1994 mencanangkan kebijakan ekonomi yang difokuskan kepada pengembangan kota. Ia melakukan promosi dengan melengkapi sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu kehidupan warga kota. Disusul pada April 1995, dikeluarkan peraturan daerah (Perda) tentang promosi industri daerah yang diarahkan untuk mendukung perusahaan lokal. Di samping itu, ia mengundang perusahaan luar kota untuk berinvestasi dan melakukan kunjungan wisata.
Sama dengan Surabaya yang sudah memasyarakatkan kebersihan kota dengan bukti memperoleh predikat “kota raya terbersih” di Indonesia, Kota Kochi juga melakukan kegiatan penanggulangan kebersihan kota segiat-giatnya. Tahun 1996, bahkan dikeluarkan Perda tentang kebersihan. Di antara pasal pada Perda itu, menegaskan agar warga kota menjaga kebersihan serta menciptakan desain kota yang menarik dan nyaman.
Kebijakan itu dikembangkan lagi dengan penantuan distrik teladan sesuai dengan Perda mengenai kebersihan. Tidak hanya itu, untuk jangka panjang, Kota Kochi sudah mempersiapkan diri melaksanakan kebijakan pencegahan terhadap bencana alam.
Adanya berbagai persamaan letak kota Surabaya dan Kochi yang sama-sama dialiri sungai dan terletak di muara sungai, serta berada di pantai dengan laut yang terhampar di depannya, tidak ada salahnya kalau Surabaya “berguru” ke Kochi.
Laut yang luas dan matahari yang besinar, merupakan kekayaan alam warisan nenek moyang yang sama-sama dinikmati warga Kota Kochi dan Surabaya. Maka layak pula ditiru pembudayaan yang dilakukan warga kota Kochi 1 April 1969, berupa “Piagam Warga Kochi”. Piagam itu berbunyi: “Mari kita jaga kebersihan sungai Kagamigawa sebagai lambang kota bersih. Mari kita ciptakan kota yang berkebudayaan tinggi dan bijaksana, agar dapat menjalin kerjasama dengan kota di seluruh dunia. Mari kita saling membantu dan memberi perhatian agar menjadi masyarakat yang manusiawi. Mari kita bekerja dengan kesehatan yang baik agar Kochi menjadi kota yang berjiwa makmur. Mari kita menaati peraturan lalulintas agar menjadi kota yang aman tanpa kecelakaan.”
Kota Kochi, selain membina kerjasama sebagai “kota kembar” dengan Surabaya, sebelumnya kota ini sudah mempunyai tiga kota kembar lain. Kota-kota itu adalah: Kota Fresno di California, Amerika Serikat, Kota Wuhu (baca: Buko) di Cina dan Kota Kitami di Hokkaido, Jepang.
Penandatangan “sister city” dengan Kota Fresno dilaksanakan 11 Februari 1965. Dengan Kota Wuhu di Cina, 19 April 1985 dan dengan Kota Kitami, Hikkaido pada 28 April 1986, serta dengan Kota Surabaya, 17 April 1997.
Bertambah
Kota Kembar Surabaya di mancanegara bertambah. Selain tiga kota yang sudah resmi mengikat kesepahaman berupa MoU (Memorandum of Understanding), delapan lagi sudah diikat dengan LoI (Letter of Intent) dan joint declaration. Ke delapan kota itu diresmikan menjadi kota kembar yang diikat dengan MoU. Peresmian ini berlangsung pada acara Sister City Forum (Forum Kota Kembar) di Surabaya, tanggal 29 hingga 31 Agustus 2005.
Tiga kota pertama yang resmi menjadi kota kembar Surabaya, adalah: Kota Seattle di Amerika Serikat, Kota Busan di Korea dan Kota Kochi di Jepang. Delapan kota lagi menyusul yang diikat dengan MoU, masing-masing: Kota Kitakyushu (Jepang), Kota Izmir (Turki), Kota Guangzhou, Kota Xiamen, Kota Kunming (Cina), Kota Cebu (Filipina), Kota Rotterdam (Belanda) dan Kota Monterry (Meksiko).
Seattle
Kota Seattle yang merupakan saudara kembar kota Surabaya pertama di luar negeri terletak di negara bagian Washington, Amerika Serikat. Sejak diadakan MoU tanggal 27 September 1992 oleh Walikota Surabaya (waktu itu) dr.H.Poernomo Kasidi, berbagai program kerjasama sudah berjalan dengan baik.
Secara berkesinambungan salingkunjung antar dua kota sudah berlangsung sesuai dengan kesepakatan kerjasama. Tanggal 12 hingga 16 September 1995, kembali delegasi Kota Surabaya berkunjung ke Seattle. Selain Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro, dalam rombongan juga ikut Gubernur Jawa Timur (waktu itu) HM Basofi Soedirman.
Ada yang menarik dalam kunjungan ini, rombongan dari Surabaya “membawa” beberapa jenis binatang dari KBS (Kebun Binatang Surabaya). Di sini terjadi tukar menukar satwa dengan kebun binatang setempat. Rombongan dari Surabaya ini juga diajak melihat dari dekat ke Evergreen School, suatu sekolah yang mengutamakan murid-murid yang mempunyai kemampuan lebih di banding murid di sekolah biasa.
Kunjungan inipun kemudian dibalas oleh rombongan dari Evergreen ke Surabaya, 19 hingga 23 April 1996. Di Kota Surabaya ini, sasaran utama kunjungan mereka melihat dari dekat Asrama “Anak Asuh Bibit Unggul” di Jalan Villa Kalijudan Indah XV Kav.2-4 Surabaya. Asrama ini menampung anak-anak pintar yang berasal dari keluarga kurang mampu yang didirikan Cak Narto – panggilan akrab Sunarto Sumoprawiro. Kemudian mengunjungi KBS, museum Mpu Tantular, museum Tugu Pahlawan, menyaksikan kesenian daerah dan nasional, nonton film, berolahraga dan diskusi antarpelajar.
Pada tanggal 1 Desember 1996 hingga 10 Januari 1997, delegasi dari Seattle datang lagi ke Surabaya. Delegasi Seattle Water Department (SWD) ini khusus mengadakan kunjungan dan mengikat kerjasama dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Surabaya. Delegasi yang dipimpin ahli air bersih Bruce itu didampingi staf lainnya Melinda Jones, Silvia Cavador dan Diana Gale.
Kerjasama antara PDAM Surabaya dengan SWD Seattle, ditekan pada peningkatan sistem manajemen. Selain itu juga memberikan saran dan masukan kepada jajaran PDAM Surabaya tentang BOT (Built Operate and Transfer) berkaitan dengan proyek penjernihan air Karangpilang III dan Umbulan.
Salingkunjung berlanjut lagi dengan kedatangan tim study tour dari University of Washington tanggal 25 Maret 1997 sebanyak 15 mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah MBA dan hukum, serta dua orang profesor. Di Surabaya, mereka diterima oleh beberapa perguruantinggi.
Kunjungan resmi delegasi Kota Seattle berikutnya tanggal 8 sampai 10 Juni 2000 berkaitan dengan program kerjasama beasiswa untuk belajar Bahasa Inggris. Kerjasama ini dilaksanakan oleh ACE (American Cultural Exchange).
Setahun kemudian, tanggal 6 hingga 8 Mei 2001, Surabaya mengirim delegasi ke Kota Seattle untuk mengikuti acara Asia Pasific Cities Summit.
Busan
Dengan Kota Busan di Korea, MoU-nya ditandatangani oleh H.Sunarto Sumoprawiro tanggal 10 November 1994. Ada enam kesepahaman yang disepakati, yakni: pengembangan pelabuhan, perdagangan dan pengembangan ekonomi, pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga, lingkungan hidup dan pengelolaan kota, transportasi dan pariwisata, serta peningkatan sumberdaya.
Buah dari kerjasama kota kembar Surabaya dengan Busan ini, diwujudkan dengan peningkatan kegiatan investasi dari negeri “ginseng” ini di Surabaya. Tanggal 4-6 Oktober 1995, diberangkatkan rombongan siswa SMA Negeri 5 Surabaya yang berkunjung ke Dong Seo High School di Busan. Sekaligus para siswa ini mengikuti Pusan Po Festival dan konferensi Pusan Sister City.
Utusan DPRD Kota Busan tanggal 6 Juni 1996 menjadi tamu kehormatan di Surabaya. Saat ini sekaligus ditindaklanjuti pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan. Kunjungan balasan juga datang dari siswa Dongseo University Busan. Kerjsama bidang pendidikan ini diwujudkan pula dengan perjanjian kerjasama antara Universitas Kristen Petra dengan Dongseo University tanggal 26 Juli 1996.
Pada tanggal 11 sampai 14 Oktober 2004, Pemerintah Kota Surabaya mengikuti Sister City Forum di Busan yang sekaligus membahas program kerja tahun 2005. Sebaliknya, Juli 2005 Pemkot Surabaya yang mengundang Pemkot Busan mengikuti Sister City Forum di Surabaya dan Oktober 2005 dilanjutkan pula pertemuan pembahasan perogram kerjasama tahun 2006.
Yosakoi
Tari tradisional Yosakoi dari Jepang, ternyata bisa dengan cepat dipahami warga kota Surabaya. Sehingga disepakati adanya festival tari Yosakoi (Jepang) yang dikombinasikan dengan tari Labas Samya (tari tradisional kreasi Surabaya) tiap tahun sejak tahun 2003. Tarian inipun digelar pada acara Sister City Forum 2005.Ini merupakan salah satu buah kerjasama kota kembar Surabaya dengan Kota Kochi di Jepang yang MoU-nya ditandatangani Cak Narto, 17 April 1997 dan diperpanjang Walikota Surabaya (waktu itu), Bambang DH tanggal 31 Agustus 2002 saat berkunjung ke kota itu.
Kerjasama Kota Surabaya juga sudah berlangsung dengan Pemkot Kitakyushu di Jepang. Namun kerjasama itu belum berbentuk MoU sister city, tetapi masih dalam bentuk joint declaration atau deklarasi kerjasama tanggal 15 Desember 1997. Waktu itu ada kesepakatan untuk bekerjasama di bidang pengelolaan lingkungan hidup, kebersihan dan manajemen persampahan. Kemudian berlanjut dengan pertukaran ekonomi, budaya dan bidang lainnya.
Letter of Intent (LoI) yang sudah dilaksanakan antara Pemkot Surabaya dengan Kota Izmir di Turki tanggal 1 September 1995, juga diwujudkan dengan penandatanganan MoU sister city, dalam acara Sister City Forum 2005 di Surabaya. Untuk kota Izmir ini berbagai potensi kerjasama yang dibangun, di antaranya: masalah ekonomi, perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tiga Kota
Tiga kota di Cina sekalgus diundang pada acara Sister City Forum 2005 di Surabaya. Ke tiga kota mempunyai kekhasan tersendiri dalam bentuk hubungan kerjasama antarkota yang sudah ditandatangani antar walikota. Dari Surabaya, Walikota Bambang DH berturut-turut membuat LoI dengan ke tiga Pemkot di negera “tirai bambu” ini.
Kota Guangzhou di provinsi Guangdong, Cina sebelum penandatanganan MoU sister city, sudah dilakukan LoI tanggal 2 September 2003. Kesepakatan yang dibuat adalah kerjasama antarkota di bidang manajemen pemerintahan, promosia usaha, perdagangan dan pariwisata, seni, budaya dan pendidikan, pemuda dan olah raga. Sebagai wujud kerjasama, pada bulan September 2004, staf Dinas Tata Kota Pemkot Surabaya ikut dalam pelatihan komputer program Computer Aided Design.
Kota Xiemen di provinsi Fujian, Cina juga telah dilakukan penandatangan LoI tanggal 8 September 2003. Program kerjasamanya sama dengan Guangzhou, ditambah bidang kesehatan.
Sedangkan hubungan kerjasama dengan Kota Kunming di Cina, diawali dengan bentuk joint declaration tanggal 3 Desember 2003. Ada tiga hal pokok yang disepakati, yakni: kepariwisataan, pertukaran budaya, ekonomi dan perdagangan.
Selain dengan Dongseo University sudah terjalin kerjasama dengan Universitas Kristen Petra Surabaya, perguruan tinggi di Korea ini dalam agreement on the contracted education service dengan Pemkot Surabaya tanggal 30 Oktober 2003. Universitas ini memberikan beasiswa bagi staf Pemkot Surabaya untuk melanjutkan studi S-2 bidang teknik sipil dan informatika.
Delegasi pendidikan dari Cina, tanggal 12 April 2005 juga menawarkan kerjasama pendidikan. Empat akademisi yang membawa misi itu, adalah: Prof.Cai Jincheng yang juga punya nama Indonesia, Gunawan. Ia adalah guru besar University of Foreign Studies. Kemudian Prof.Cao Yunhua, direktur Institute of South East Asian Studies Jinan University, bersama dua staf dosennya, Dr.Zhang Zhenjiang dan Tang Sushin.
Dihadapan pengurus PPIC (Perhimpunan Persahabatan Indonesia-China), delegasi pendidikan dari Cina ini menawarkan kerjasama pertukaran dosen dan mahasiswa.
Dalam acara Sister City Forum 2005 ini, delegasi dari mancanegara itu selain mendengarkan presentasi dari masing-masing kota, juga diajak keliling kota Surabaya dalam paket city tour. Kawasan industri Rungkut merupakan sasaran utama, dengan mengunjungi perusahaan perhiasan emas Itamaraya, Eka Silver, pabrik rokok Sampoerna dan beberapa perusahaan lainnya.
Guangzhou
Tanggal 20 sampai 23 Desember 2005, Walikota Surabaya Drs.Bambang DH didampingi Sekkota Surabaya, H.Sukamto Hadi,SH bersama dua anggota DPRD Kota Surabaya, Ir.Armudji dan Agus Sudarsono berkunjung ke Guangzhou, Cina. Saat berada di negeri “tirai bambo” itu, dilangsungkan penandatangan akta kesepahaman atau MoU (Memorandum of Understanding) pembentukan kota kembar (sister city) Surabaya-Guangzhou.
Penandatangan MoU itu sebagai tindak lanjut LoI (Letter of Intent) yang ditandatangani kedua belah pihak 2 September 2003. Setelah penandatangan kesepakatan kerjasama antara Pemkot Surabaya dengan Pemerintahan Kota Guangzhou, dilanjutkan pula penandatangan kerjasama antara DPRD Kota Surabaya dengan Kongres Kota Guangzhou.
Manfaat yang dapat dipetik dari kunjungan petinggi Surabaya ke Guangzhou itu cukup menjanjikan. Di kota berpenduduk 6,6 juta jiwa itu, Surabaya mendapat tawaran memanfaatkan fasilitas promosi tentang potensi kota. Sebab, di Guangzhou terdapat pusat pameran perdagangan terbesar di Cina, yakni Guangzhou International Exhibition of Conference Center. Tempat ini merupakan kawasan pameran terbesar kedua di dunia setelah Hanover, Kanada.
Pusat pameran perdagangan dan konvensi di Guangzhou itu dibangun tahun 1957. Di atas lahan seluas 18 ribu meter per-segi itu pada pameran tahun 2005 lalu, dapat menampung 190 ribu stand pameran. Para peserta pameran dan perdagangan, serta konvensi itu diikuti ratusan ribu perusahaan dari puluhan Negara di dunia.
Selain kerjasama perdagangan, Surabaya dengan Guangzhou juga meningkatkan hubungan kerjasama di bidang pendidikan. Untuk itulah, maka rombongan Bambang DH juga meninjau Guangzhou Education Mega Center, sebuah kawasan yang menampung 10 perguruan tinggi besar di Guangzhou. Pada lahan seluas 3.800 hektar itu berdiri puluhan bangunan sebagai fasilitas pendidikan terpadu.
Salah satu perguruan tinggi di komplek ini adalah Universitas Guangzhou. Kampus dengan tenaga pengajar 185 profesor, 200 doktor dan 600 dosen bergelar master itu berada dalam kawasan seluas 131,7 hektar. Program studi yang diajarkan di sini cukup banyak, antara lain: geografi, arsitektur dan perencanaan kota, teknik lingkungan, teknik sipil, matematika, informatika, pariwisata, seni dan desain, jurnalistik dan komunikasi, administrasi publik, biologi, kimia, hukum dan seni kontemporer.
*) Yousri Nur Raja Agam MH adalah Ketua Yayasan Peduli Surabaya.
Filed under: Budaya, KOTA, PARIWISATA, PEMERINTAHAN, PENDIDIKAN, UMUM |
belajar bahasa sama kebudayaan korea di surabaya itu dimana yaa ? saya cari susah juga , , mohon bantuannya terima kasih 🙂
————–
Dik Nura, ini pertanyaan yang sama sekali tidak saya duga dan jawabannya saya juga belum tahu. Tetapi, ada baiknya ditanyakan kepada Kepala Bagian Kerjasama di Pemkot Surabaya Ibu Antik Sugiarti. Sebab, Kota Surabaya membina kerjasama (sister city) dengan Kota Busan di Korsel. (Yousri)
pak… saya sedang meneliti mengenai kerjasama sister city surabaya dengan busan. bisakah saya mendapatkan data yang lebih banyak mengenai hal itu.
——————
Anda bisa mendapatkannya melalui Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya (Yousri)
Everything is very open with a really clear
clarification of the challenges. It was really informative.
Your website is extremely helpful. Thank you for sharing!
————–
Ok. thank you’ve read my post this blog rajaagam.wordpress.com (Yousri)